Namanya Hendi (bukan nama sebenarnya), lelaki umur 40 tahun dengan satu anak itu hanya merenung di depan masjid kampungnya.
Sudah 4 bulan sejak Corona merebak, ia tak bisa usaha apa-apa. Tinggal di rumah mertua bersama istri dan anaknya, dan membantu pekerjaan di sawah adalah hal yang ia bisa lakukan.
Sebelumnya Hendi bekerja sebagai penjaga sound system milik seorang pengusaha di Bandungan. Kalau sedang ramai order, ia bahkan tak pulang selama beberpa hari. Apalagi kalau sedang musim hajatan, peralatannya tidak pulang ke rumah sampai semua benar-benar selesai.
Kondisi ini cukup bisa dimaklumi oleh anggota keluarganya, karena pekerjaan inilah yang ditekuni Hendi selama sepuluh tahun terakhir sejak ia menikah.
Kepiawaiannya menyetel peralatan sound system sehingga menjadi alat pengeras suara yang enak didengarkan membuat warga masyarakat sekitar mempercayakan urusan musik, mic, speaker, serta salon kepada Hendi.
Terkadang ia juga dipercaya menyediakan sound sistem untuk berbagai pertunjukan. Semisal solo orgen atau pentas reog. Bahkan pengajian Akbar di Bandungan sering menggunakan sound system yang dikelola oleh Hendi.
Kalau soal gaji, Hendi tak mau menyebutnya secara pasti. Tapi yang jelas, pekerjaan ini telah memberinya kehidupan yang baik. Terbukti ia bisa membeli sebuah sepeda motor dari pekerjaan yang ia tekuni.
Sejak 4 bulan yang lalu sampai sekarang, virus corona merebak di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga semua daerah harus ekstra ketat mengontrol kegiatan masyarakat. larangan berkerumun dan menghindari kerumunan memaksa semua orang untuk tidak mengadakan acara yang dihadiri banyak orang.
Hendi adalah pekerja hiburan. Ia mendapatkan pekerjaan karena ada kerumunan orang. Baik dalam hajatan orang-orang di sekitar maupun dalam pentas seni.
Sehingga otomatis Hendi kehilangan pendapatan tanpa bisa berharap sampai kapan akan berakhir.