Padahal sesungguhnya meskipun ia banyak harta, hakekatnya harta miliknya yang akan ia bawa ke akhirat hanyalah harta yang telah dijariyahkan kepada orang lain sebagai wujud kebaikan. Dari masjid yang ia bangun, dari biaya pendidikan anak-anaknya sehingga menjadi anak Sholeh yang mendoakannya dan dari ilmu yang ia berikan kepada orang lain sebagai ilmu yang bermanfaat.
Sedangkan simpanannya di bank, rumah yang bagus, mobil mewah, istri cantik, perusahaannya yang banyak, akan ditinggalkan selama-lamanya.
Ada sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Maulana Yusuf al-Kandahlawy dalam kitab Hayatus Sahabah, bahwa pada jaman dahulu ada seorang raja yang kaya raya, sang raja menginginkan sebuah karnaval untuk memamerkan seluruh miliknya dihadapan rakyatnya. Berupa kereta kencana yang ditarik oleh 8 ekor kuda pilihan.
Di belakangnya seluruh pasukannya yang berjumlah puluhan ribu orang mengiringinya, beserta seluruh dayang-dayang kerajaan.
Ketika perjalanan dimulai, raja tampil dengan penuh kebanggaan dan dielu-elukan oleh rakyatnya. Tiba-tiba seorang malaikat maut yang menyamar menggunakan pakaian yang compang-camping menghadangnya. Dan tak seorang pun pengawal yang mampu mencegahnya.
Sang Raja memohon agar kematiannya tidak sekarang, saat ia tampil dengan penuh kebanggaan, melainkan nanti kalau sudah tiba di istana, dan ia akan mempersiapkan segala sesuatunya.
Tapi malaikat maut menyampaikan daftar riwayat kehidupannya. Bahwa semua keperluan hidupnya telah Allah cukupkan hanya sampai di situ. Semua jatah keperluanya telah habis, dan tak ada waktu lagi untuk menunda kematiannya.
Dan saat itu juga sang raja mangkat diiringi tangis oleh seluruh rakyatnya.
Di dunia ini juga banyak orang miskin, orang yang terlihat kehidupannya kurang beruntung. Ia hidup serba kekurangan. Tak memiliki apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan.
Bahkan dikisahkan pada jaman khalifah Umar Ra, ada seorang janda yang merebus untuk 7 orang anaknya agar mereka percaya bahwa ibunya sedang memasak. Karena tak ada apa-apa lagi yang bisa dimasak.
Lalu datanglah khlalifah umar memberikan sekarung gandum dan beberapa dirham untuk janda ini.
Kaya dan miskin sesungguhnya sudah terskenario sejak jaman azali. Sehingga sekeras apapun usahanya  seseorang akan tetap miskin. Dan orang kaya yang telah tercatat sebagai orang kaya, tetaplah menjadi orang kaya meskipun tidak bekerja apa-apa, karena semua harta bendanya telah tersedia.
Akan tetapi sesungguhnya kaya dan miskin dihadapan  Allah tetap sama nilainya. Sebab yang membedakan derajat manusia di hadapan Allah bukan hartanya. Tapi kualitas ketakwaannya.
Sehingga jangan bangga menjadi orang kaya bila tidak taat kepada Allah. Dan jangan merasa bersedih menjadi orang miskin bila mampu mampu melakukan ketaatan kepada Allah.