Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

[Nostalgia Ramadan] Ikat Pinggang yang Terlupa

12 Mei 2020   20:41 Diperbarui: 12 Mei 2020   20:36 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari di bulan ramadan,  setelah azan isya bergema,  jamaah melantunkan puji-pujian dengan membaca sholawat.  Tapi ditunggu hampir 15 menit,  Mbah Bahrun tidak muncul juga.  Salah seorang anak Mbah Bahrun mengisyaratkan agar segera dikumandangkan iqamah agar sholat segera bisa dimulai.  

Tiba-tiba saat selesai iqamah,  sekonyong-konyong mbah Bahrun datang,  dan langsung menempati posisi pengimaman untuk memimpin sholat berjamaah.

Mbah Bahrun bilang,  perutnya mulas dan beliau terlalu lama di toilet sehingga saat iqamah beliau buru-buru.

Kami anak-anak memperhatikan Mbah Bahrun yang tampil tak seperti biasanya.  sarung dikenakannya tidak serapi hari sebelumnya.  Bahkan beliau tidak mengenakan jas,  yang menjadi baju kebesarannya.

Sudahlah kami segera berbaris,  mengikuti bacaan dan gerakan Imam untuk menunaikan sholat  berjamaah.

Mbah Bahrun meskipun giginya sudah ompong semua,  tapi suaranya lembut,  mengalun syahdu di telinga para jamaah.  Sehingga jamaah tak bosan saat mengikuti sholat di belakangnya.  

Surat fatihah usai, dilanjutkan bacaan surat pendek,  lalu rukuk, i'tidal dan sujud dua kali di rekaat pertama.  

Saat bangun dari sujud untuk berdiri di rekaat yang kedua ini,  terjadi insiden kecil,  sarung bagian depan mbah Bahrun terinjak kakinya sendiri,  beliau terlilit sarungnya sendiri dan jatuh terjerembab ke arah depan dengan kain sarung melorot.  

Tentu saja,  semua orang tak bisa menahan diri untuk mengucapkan "subhanallah", dan anak-anak termasuk saya tertawa terbahak-bahak melihat situasi ini,  sementara barisan shaf ibu-ibu di sebelah kiri  terdengar ribut dan bertanya-tanya tentang apa yang  terjadi, mereka tidak dapat melihat  karena terhalang hijab kain gelap yang memisahkan shaf laki-laki dan perempuan.

Akhirnya,  salah seorang anak Mbah Bahrun berinisiatif mengambilkan ikat pinggang dan jas kebesaran mbah Bahrun,  kemudian  sholat berjamaah dilanjutkan kembali.  

Meskipun kejadian ini sudah berlalu selama puluhan tahun,  saya masih tetap mengingatnya dengan baik.  Karena dengan jasa mbah Bahrun saya bisa baca tulis alquran,  memahami ilmu fiqih  dasar,  ilmu tauhid, ilmu tajwid,  juga pengetahuan tentang akhlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun