Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Nasib Pascapandemi

10 Mei 2020   23:28 Diperbarui: 10 Mei 2020   23:29 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pandemi global memang kejam.  Menyerang siapapun tanpa pandang bulu. Efeknya nyaris menghancurkan semua sisi ekonomi,  baik yang  berskala besar maupun yang berkala rendah.

Munculnya kelompok-kelompok orang miskin baru yang  kebanyakan beban angsuran dan kehilangan pendapatan menghiasi linimasa media daring.

Di mana-mana merebak kejahatan akibat orang-orang tak menemukan jalan keluar walau sekedar untuk makan.  

Pergerakan masyarakat dibatasi,  dagangan ada tapi tak ada yang  beli.  

Orang-orang pun berusaha bertahan ditengah pandemi,  asal bisa makan itu sudah mencukupi.

Teatangga saya seorang pegawai pegadaian bercerita  bahwa kantor tempat ia bekerja tak pernah sepi pengunjung.  Para nasabah menggadaikan apa saja barang dari rumah mereka.  Televisi, kulkas, smartphone,  kendaraan,  emas,  bahkan peralatan dapur digadaikan demi membeli beras.

Beberapa kenalan saya yang sebelum pandemi tampil kinclong dengan mobil keluaran terbaru dan menjadikan mall sebagai tempat kongkow, kini cukup mengendarai motor butut yang  sebelumnya telah tersimpan lama di gudang.  Bahkan istri-istri mereka dikerahkan untuk membuat makanan kecil untuk ditawarkan di internet dengan pola COD agar barang sampai dan bisa segera dibayar.  

Ada juga beberapa orang yang setiap saat harus menyingkir dari rumah karena risih didatangi debtcollector, karena menunggak angsuran motor.  Sementara motornya sudah  tergadai ke orang lain.

Di pasar juga banyak orang-orang baru yang menjadi pembantu menjaga warung,  melayani pembeli.  Padahal sebelumnya mereka adalah karyawan pabrik.  PHK telah membuyarkan harapan mereka,  dan mereka harus berfikir taktis untuk bisa segera menyelesaikan masalah.

Konon masyarakat kita terbagi dalam 3 kelompok sosial.  Masyarakat kelas bawah,  kelas menengah,  dan kelas atas.

Masyarakat kelas bawah

Inilah masyarakat kita kebanyakan.  Mereka terdiri dari kelas ekonomi yang  nyaris tak punya harapan untuk bisa meningkat taraf hidupnya.  Bekerja sekedar memenuhi urusan perut, tak peduli penampilan dan fasilitas hidup.  Karena yang  penting bisa memperoleh isi perut. Tapi justru disaat pandemi seperti ini,  mereka lebih diuntungkan karena ada uluran tangan dari pemerintah sebagai penerima BLT atau PKH.  Sehingga mereka masih bisa bernafas lega karena tak punya tanggungan angsuran.

Masyarakat kelas menengah

Masyarakat golongan ini yang  paling susah.  Mereka miskin tidak, kaya juga tidak.  Punya penghasilan sebagai pegawai atau pengusaha menengah dengan modal hutang. Dan saat pandemi usaha mereka tutup.  Bisnis tidak jalan sementara tetap menanggung beban angsuran rumah,  mobil,  utang modal,  dan sebagainya.  Golongan ini di masa pandemi mengalami turun kelas menjadi masyarakat miskin.  

Masyarakat kelas atas

Golongan ini sudah memiliki passif income, kebutuhan mereka sudah tercover dari hasil bernagai usaha,  bahkan menikmati hasil dari deposito,  atau modal yang  mereka tanam dalam sebuah usaha.

Kita tidak mengetahui secara pasti kapan pandemi akan berkahir,  melihat korban positif corona yang tiap hari angkanya semakin bertambah.  Meskipun beberapa daerah sudah melakukan PSBB secara ketat tapi hasilnya belum nampak secara signifikan.

Bila pandemi tidak segera berakhir,  maka tidak tertutup kemungkinan banyak masyarakat yang mendadak jatuh miskin,  karena tidak bisa melanjutkan usahanya.  Dan bila hal ini terjadi berlarut-larut, pasca pandemi,  orang miskin di Indonesia akan semakin membengkak.

Beruntunglah kita,  yang  di saat pandemi masih bisa berusaha walaupun hasilnya kurang optimal.  Sebab kalau berfikir tentang kerugian,  hari ini tidak ada usaha yang  tidak merugi.  Semua sektor ekonomi terpuruk dan hanya bisa menunggu kapan pandemi berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun