Bulan Ramadan tahun ini rasanya memang semua orang mengalami keterpurukan tanpa bisa berbuat apa-apa. Â Harapannya hanya pandemi segera berlalu dan kegiatan masyarakat bisa berjalan dengan normal kembali.Â
Jalan-jalan utama di kota Semarang juga sudah mulai disekat-sekat untuk membatasi aktifitas warga.  Kecuali jalan propinsi yang  menjadi jalan pengangkut logistik.Â
Kita Yang berada di daerah sudah berusaha mentaati peraturan pemerintah untuk tetap tinggal di rumah dan melakukan berbagai aktifitas untuk menjaga kesehatan dan menggunakan alat perlindungan diri berupa masker. Â
Para ASN dari golongan III dan IV setelah semua biaya kegiatan ditiadakan, temasuk ongkos kunjungan kerja, Â insentif, Â pelatihan dan sebagainya, Â mereka juga akan dipotong lagi untuk gajinya untuk penanganan pandemi. Â Bahkan di Kota Semarang anggota Dewan dari fraksi PDIP tidak menerima gaji selama 3 bulan ke depan, Â sedangkan dari PKS akan dipotong separuhnya.Â
Bagi warga yang tinggal di luar kota,  bertahanlah di sana dengan segala kondisi.  Apalagi ini  adalah bulan Ramadan,  bulan latihan bagi semua umat  Islam untuk bertahan dalam keprihatinan. Â
Kalau yang  berada di luar kota memaksa mudik ke daerah asal,  lalu kapan pandemi akan berakhir?Â
Korban dan kerugian kita akibat pandemi sudah terlalu banyak.  Kalau memikirkan kerugian, hari ini semua orang merasakan rugi.  Tapi lebih rugi lagi kalau pandemi tidak segera berakhir dan korban  jatuh semakin banyak.Â
Dan kesulitan akibat pandemi ini tidak bisa dilawan sendirian, Â melainkan harus bersama-sama, Â saling mendukung satu sama lain agar mata rantai persebaran virus benar-benar terputus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H