Meskipun gunung ini berada di Indonesia, Â tapi efek letusannya sampai ke seluruh dunia dan bumi bagian paling Utara.
Banyaknya ternak yang  mati menyebabkan mereka menciptakan kendaraan pengganti berupa sepeda.
Gunung Krakatau sendiri pernah meletus Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat di tahun 1883. Awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa.
Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Saat ini Gunung Anak Krakatau  yang konon terbentuk dari ledakan induknya yaitu gunung krakatau,  dikabarkan berdehem,  dan sempat mengepulkan awan ke langit.  Meskipun kabar ini telah disanggah oleh pihak terkait bahwa itu hanyalah suara petir yang ada di atas gunung anak krakatau,  tetap saja hal ini membuat bulu kuduk berdiri. Â
Mengingat dahsyatnya letusan di masa lalu yang bisa menjangkau Australia, Â Eropa bahkan kutub Utara.
Kejadian meletusnya gunung di beberapa wilayah Indonesia membuat setiap orang trauma. Mengingat korban jiwa dan kerugian material yang tak terkira.Â
Lava dan awan panas yang  mampu membakar bumi,  serta lahar dingin yang mengalir memporak porandakan apapun yang ada di hulu sungai tanpa bisa dicegah.
Meskipun satu sisi efek letusan gunung setelah mereda memberi banyak manfaat bagi manusia. Selain lahan pertanian bertambah subur, juga mendatangkan rejeki seperti di Srumbung Magelang yang menjadi  sentra penggalian pasir muntilan kualitas nomor satu di Jawa tengah.
Tapi efek letusan gunung cukup memberi trauma tersendiri.
Saya pernah tinggal di Yogyakarta tahun 1993-1997, di tahun 1996 terjadi gempa yang efeknya teramat dahsyat,  kontrakan saya yang dihuni 5 orang mahasiswa rata dengan tanah,  serta kerusakan barang-barang di dalamnya. Konon ini terjadi bukan karena letusan gunung atau tsunami. Tapi karena pergesekan lempengan bumi,  sehingga tanah di lokasi bergerak seperti meja yang digoyang. Gempa 6,2 skala richter  selama 49 detik cukup meluluhlantakkan  seluruh kota Yogyakarta.