Melihat penganan wabah corona di Ekuador, rasanya sangat miris dan takut.  Jenasah manusia terinveksi virus corona digeletakkan begitu saja di pinggir-pinggir jalan selama beberapa hari karena pemerintah sudah kewalahan menangani.
Peti mati di seluruh negeri sudah habis persediaan, sehingga jenasah yang terpapar virus hanya diletakkan dalam kardus, Â itu pun harus menunggu antrian untuk dikuburkan.
Saat ini, Ekuador mengumumkan hampir 3.500, tepatnya 3.465, kasus positif virus corona, dengan korban meninggal mencapai 172 orang.Â
Bahkan di televisi dikabarkan,  berderet antrian panjang jenasah menunggu giliran untuk dikremasi tanpa upacara,  sehingga bau menyengat merebak ke mana-mana. Padahal seyogyanya  orang yang  sudah meninggal harus segera dikuburkan atau dikremasi mengingat setelah meninggal seseorang akan mengalami proses pembusukan jasad yang  efeknya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Apalagi saat kematian disebabkan oleh virus, menyebabkan virus keluar mencari inang baru untuk hidup dan berkembang.
Di Indonesia,  meskipun banyak kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona dirasa sangat  memberatkan dari sisi ekonomi,  akan tetapi penanganan jenasah dan pasien positif corona sudah sesuai dengan protokol standar yang  diterapkan WHO.
Jenasah corona dimasukkan peti standar dengan tebal minimal 3cm,  dilapisi dengan plastik pengaman,  dan para penyelenggara penguburan menggunakan APD lengkap. Itu pun di beberapa wilayah masih ada yang  protes.
Bahkan para pasien corona yang  positif covid -19 telah dikarantina di rumah-rumah sakit pemerintah,  dan rumah sakit yang  ditunjuk untuk menangani. Sementara posko penanganan sementara untuk mendeteksi  awal gejala  sudah tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Sementara para dokter dan perawat  dikerahkan menangani corona agar tak tersebar semakin meluas.
Bahkan untuk ini, pemerintah telah melakukan refocusing, Â mengalihkan berbagai anggaran untuk penanganan corona. Â Termasuk memotong gaji para pejabat, Â anggota dpr, Â dan para ASN.