Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga Ayam Potong di Tingkat Konsumen Masih Tinggi, Pemerintah Tolong Dong!

8 April 2020   12:39 Diperbarui: 8 April 2020   12:46 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tadi malam saya membagikan berita tentang harga ayam potong di tingkat petani yang menukik tajam.  Dari harga yang biasanya 25.000-27.000/kg menjadi 7000 per kilogram. 

Tapi di pasar tradisional harganya masih standar bahkan masih terkesan mahal dengan selisih harga nyaris 400 persen lebih tinggi dari harga di tingkat petani. 

Tadi pagi saya ke pasar Meteseh membeli daging ayam filet untuk kebutuhan dagangan.  Harganya masih di atas 30.000 karena saya membayar 170.000 untuk harga 5kg daging ayam filet. 

Itu berarti harga ayam potong beserta tulang di tingkat konsumen masih di angka 30.000, karena selisih ayam potong dengan daging ayam filet sekitar angka 4000-an perkilogram. 

Yang jadi pertanyaan saya,  bagaimana harga di tingkat konsumen masih mahal sementara   para peternak  justru terpuruk? 

Menurut Bandi (39) pedagang ayam potong di pasar meteseh langganan saya,  ini adalah ulah para spekulan yang secara sporadis dan sistematis menaikkan atau menurunkan harga ayam potong di tingkat petani sebagai imbas dari melimpahnya produksi. 

Harga yang diturunkan oleh para spekulan dan broker ayam sebagai sebuah cara agar stok yang ada pada para petani segera keluar karena masa panen yang sudah tiba bahkan cenderung overtime. 

Sebab bila permintaan pasar sepi  sementara stok melipah,  para pengusaha besar tak mungkin melanjutkan produksi.

Sementara anakan ayam terus diproduksi,  dan sirkulasi produksi petani akan terhenti, bila harga masih ditahan dengan harga normal. 

Padahal proses dari anakan ayam atau doc menjadi ayam yang siap  dikonsumsi,  hanya butuh waktu 30-35 hari. Dan sampai menjelang lebaran idul Fitri masih ada 2 bulan lagi.  Cukup untuk sekali produksi. 

Masih menurut Bandi,  proses produksi ayam pedaging dari hulu ke hilir memang tetap harus berjalan meskipun pelan.  Sebab satu saja mata rantai terputus dalam distribusi ayam pedaging akan menimbulkan stok pasar tidak memadahi dan cenderung meningkatkan kepanikan ekonomi. 

Bandi sendiri menyediakan daging ayam antara 200-300 kg perhari untuk melayani pedagang bakso dan mie ayam di seputaran meteseh.  Sementara daging ayam didapatnya dari seorang agen yang ia tak mau menyebutkan.  "Pokoknya ada lah", kata  Bandi santai. 

Tapi meskipun para pelaku usaha punya cara  tersendiri,  sudah selayaknya pemerintah ikut turun gunung menangani agar para petani tidak terlalu merugi. 

Regulasi perdagangan sebagai payung hukum untuk melindungi para pelaku di hulu produksi dan harga standar di tingkat konsumen perlu distabilkan secara mandiri. Agar para petani  tidak terlalu merugi,  dan para konsumen tak juga merasakan manfaat saat terjadi penurunan harga. 

Sepertinya memang perlu disepakati harga terendah untuk melindungi petani,  dan batas harga tertinggi di tingkat konsumen agar tidak menimbulkan gejolak seperti kenaikan harga cabe beberapa waktu yang lalu. 

Di tingkat konsumen harga cabe bisa 100.000 tapi di tingkat petani hanya dihargai 12.000, bisa ditebak fihak mana yang merasa diuntungkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun