Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tir padha Irenge Sir padha Senenge

6 April 2020   10:19 Diperbarui: 6 April 2020   10:34 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini adalah ungkapan untuk membungkam pernyataan lain tentang hubungan yang  tidak harmonis, sehingga sulit untuk mengakumulasikan hubungan ini pada ikatan yang  serius.

Tir itu aspal sebagai analogi sesuatu yang  berwarna hitam,  sir itu dari kata naksir yang berarti cenderung atau tertarik,  sehingga menyebabkan sebuah relasi yang saling serius antara laki-laki dan perempuan untuk mewujudkan sebuah langkah akhir berupa ikatan tetap yang berwujud  perkawinan.

Tir padha irenge sir  padha senenge
sering  disebut dalam berbagai rangkaian acara yang  berujung pada perkawinan.  Semisal saat lamaran,  ular-ular atau nasehat perkawinan, atau saat mengantar penganatin perempuan ke keluarga pengantin laki-laki.

Seperti diungkap dalam sebuah kalimat;

Abebasan tir padha irenge sir padha senenge mugi-mugi bebrayan agung  menika nuwuhaken kesaenan tumraping pinanganten kekalih,  saha lumeber dhateng  kita sedaya ingkang soma rawuh.

(Diibaratkan aspal sama-sama hitamnya, jatuh hati sama-sama cintanya,  semoga hubungan yang mulia ini menumbuhkan kebaikan untuk kedua pengantin dan kita semua yang datang).

Kata pakde saya yang sering dimintai tetangga untuk menjadi pranatacara dalam resepsi perkawinan,  ungkapan tir padha irenge muncul saat seorang  perempuan memiliki kemandirian dalam bersikap dan menentukan pilihan teman hidup. 

Sehingga tak lagi tersesat dalam dogma klasik tentang perjodohan yang  diatur oleh orang tua,  dijodohkan dengan anak lelaki dari  relasi kerja atau dinikahkan oleh orang tua dengan maksud agar urusan piutang jadi lunas,  dan sebagainya.

Berdasar anggapan bahwa rumah tangga itu akan dilakoni sendiri oleh para pengantin yang telah berjodoh.  Maka cinta dan kesetiaan adalah modal utama.

Sehingga perasaan Cinta yang  menggelora akan menjadi modal utama dalam mengarungi rumah tangga sampai anak cucu kelak.

Apalagi dalam rumah tangga ada faktor penyeimbang berupa kekuatan Cinta yang harus datang dari kedua belah pihak.  Karena rumah tangga tak mungkin langgeng bila hanya bertepuk sebelah tangan.

Kekuatan cinta harus ada dalam diri kedua pasangan sehingga akan saling melengkapi satu sama lain.

Ada benarnya sebuah pepatah mengatakan;

"Dengan uang  bisa didapat banyak hal,  tapi  dengan cinta akan didapat lebih banyak"

Tir padha irenge sir padha senenge

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun