Tahkim seseorang terhadap sebuah peristiwa atau fenomena yang terjadi,  terkadang menyisakan masalah,  yang  bila diruntut berujung pada sebuah akar peristiwa yang sebenarnya sangat remeh.
Menyamaratakan, Â menggeneralisir, Â dan memperlakukan semua menjadi hal yang harus dipandang sama. Tujuan sebenarnya hanya satu kelompok kecil yang menjadi sumber keresahan, Â akan tetapi karena adanya anggapan bahwa semua sama, Â maka orang lain yang tidak ada hubungan apa-apa turut menjadi korban.
Bermula dari sebuah pertandingan Liga 1 antara PSIS Semarang VS Persipur Purwodadi,  berakhir dengan skor  0-0.
Pertandingan berjalan aman terkendali sampai babak kedua berakhir dan wasit meniup peluit tanda berakhirnya laga.
Lalu persoalan muncul  saat salah satu rombongan supporter dari Semarang mulai berbuat usil,  menjarah beberapa minimarket di sepanjang jalan kota Purwodadi.  Tak dapat dicegah,  dan ini menimbulkan dampak keresahan pada masyarakat sekitar.
Dan keributan terjadi, Â masayarakat bergerak, Â kerusuhan meletus. Â Kendaraan plat H dari Semarang baik roda dua maupun roda empat menjadi objek perusakan sebagai aksi balasan dari warga setempat.
Para supporter yang berasal dari semarang yang menggunakan atribut kaos, Â bendera, topi, Â sal, Â berwarna biru dikejar dan kocar- kacir menyelamatkan diri.
Anggota TNI dan polri dikerahkan untuk meredam amarah warga. Â Sehingga mereka harus meninggalkan harta benda berupa kendaraan yang hangus, Â pulang, Â dievakuasi menggunakan truck militer dan kendaraan polisi sampai ke Semarang.
Waktu itu semua kendaraan berplat H menjadi incaran amuk masa. Â Sehingga yang sedang menuju arah timur atau ke barat yang melewati kota Godong dan Purwodadi harus sabar bertahan di perbatasan kota dengan dengan pengawalan ketat TNI-Polri.
Baru beberapa hari kemudian masalah bisa diatasi, Â dan kendaraan tersebut bisa lewat menuju tujuan masing-masing.
Masalah yang ditimbulkan oleh ulah segelintir orang itu berefek pada sebuah sikap yang  tergeneralisir sedemikian rupa.  Sehingga menimbulkan teror balik yang efeknya justru lebih berbahaya dari tindakan yang menyulutnya.
Sikap gebyah uyah pada asine pada sebuah peristiwa yang terjadi dari segelintir supporter dari Semarang membuat semua hal yang berbau Semarang  menerima ancaman keamanan.  Padahal tidak semua orang Semarang yang  menonton bola waktu itu melakukan penjarahan.  Bahkan tidak semua orang semarang yang lewat di situ ikut menonton bola,  atau ada juga orang sekitar lokasi yang  memiliki mobil atau motor dengan plat H dan belum sempat dibalik nama.