Demikian juga ketika musim gring (sakit) atau wabah telah reda, kembalilah keluar rumah dan menjalani hidup segigih mungkin.
Dalam teologi Hindu, tidak ada kebencian Hyang Widhi. Tidak ada kutuk, yang ada adalah siklus.
Siklus musim, siklus berbunga sampai berbuah, Â siklus yang membuat kehidupan dan semesta bergerak.
Hyang Widhi mengatur semua siklus dan tatanan kosmik, lewat kecerdasan di balik gerak alam semesta, dan disebut dengan 'rta'.
'Rta' adalah "kesadaran maha tinggi"..., yang mengatur detak jantung semesta, tarikan nafas manusia, hewan, fotosintesa tumbuhan, sampai munculnya virus dan segala jenis kuman, Â yang hadir sebagai bagian dari kelengkapan alam semesta raya.
Covid-19 bukan kutuk, bukan pula berkah.
Ia seperti angin puting beliung yang datang tiba-tiba, ia seperti gempa yang meretak di kerak bumi. Semuanya bagian dari 'keselarasan kosmik', yang diselaras dengan kekuatan 'Rta'.
Bhuta Kala atau Dewa, berjalan dalam siklus.
Salah patu jenis brata (tarik diri, puasa, dan introspeksi diri) dalam Hindu adalah  'tan alalungayan' (tidak bepergian). Artinya, orang harus berdiam diri,  mengkarantina diri.
Ini bagian dari 'monabrata' (puasa diam tidak bicara), total diam dan hening, memasuki diri dan memasuki 'jagra' (awas-mawas penuh).
Spirit 'jagra' (menjaga kesadaran penuh) ini menjadi benteng diri dalam situasi kebencanaan dan dalam berbagai situasi kemanusiaan, yang membutuhkan nalar dan kejernihan.