Malaysia, Â pasca tabligh akbar yang digelar awal bulan Maret tahun 2020 ini. Â Dimana pasca Tabligh akbar virus corona merebak dan menginveksi hampir 500 peserta dan ratusan orang lain yang terlacak karena menyembunyikan informasi pribadi.
Ada yang menarik atas Lockdown nyaSebenarnya tidak ada masalah dengan jamaah tabligh, karena gerakan agama yang tak menyentuh politik ini telah diikuti oleh jutaan orang dari seluruh dunia.
Gerakan kesadaran beragama,, memakmurkan masjid, Â taklim, Â dan pengorbanan sebagaimana para sahabat dalam mendakwahkan Islam ke seluruh negeri menjadi tulang punggung gerakan ini. Â
Sehingga gerakan penyadaran akan agama yang dimulai oleh Maulana Ilyas AlKhandahlawy dari India ini diterima di seluruh dunia, Â termasuk Israel.
Dua amalan penting berupa amalan infirodi(amalan pribadi), Â dan amalan ijtima'i (amalan secara bersama-sama) Â dilakukan sebagai dasar pokok untuk melanggengkan gerakan jamaah tabligh dari masa ke masa.
Perintah dari Amir yang ada di Nizhamuddin India, Â kemudian diteruskan kepada para jamaah yang datang ke sana, Â kemudian disosialisasikan ke seluruh dunia.
Di Indonesia markas jamaah tabligh ada di Kebon Jeruk Jakarta. Â Berbagai profesi mengikuti jamaah tabligh. Mulai dari rakyat jelata, Â polisi, Â tentara, Â mahasiswa, Â dosen, Â pedagang kaki lima, Â bahkan kalangan artis. Â
Tujuannya adalah islahun nafs (memperbaiki diri) Â dengan mencontoh amalan sebagaimana Nabi dan para sahabat.
Di tiap-tiap negara dan biasanya berpusat di ibukota Negara, Â selalu ada pertemuan setiap pekan. Â Di mana dari petemuan ini disampaikan targhib (motivasi) Â dan tasykil (tawaran) Â kepada orang-orang yang hadir agar bisa keluar di jalan Allah di masjid-masjid yang telah ditentukan.Â
Meluangkan waktu untuk belajar dakwah dari masjid ke masjid selama 3 hari, Â 40 hari , 4 bulan, Â dan 1 tahun bagi para ustad dan kiai yang memiliki kecukupan ilmu untuk berkorban meluangkan waktu dengan masa yang lebih lama.
Pertemuan juga dilakukan di masjid-masjid seluruh kota yang sudah dijadikan markaz.Â
Setiap tahun, Â sebuah negara termasuk Indonesia mengadakan pertemuan tahunan yang diikuti oleh para jamaah dalam negeri dan ditawarkan kepada warga negara dari seluruh dunia. Â Lazim dinamakan jord atau ijtimak.
Dalam acara ini biasanya hadir tokoh-tokoh utama dari India dan Pakistan dan Bangladesh,  untuk menyampaikan tausiah,  nasehat-nasehat, dan ajakaan agar orang-orang mau memperbaiki diri dengan cara mau keluar khuruj  fi sabilillah sesuai dengan kemampuan.Â
Bisa di dalam negeri bisa juga keluar negeri. Â Bisa IPB (India Pakistan Bangladesh) Â atau ke negeri jauh dengan syarat dan ketentuan yang telah disepakati.
Yang menarik dari acara pertemuan jamaah tabligh adalah berkumpulnya ribuan orang dalam satu tenda. Â Biasanya selama tiga hari, Â jum'at, sabtu, Â dan berakhir di hari minggu. Diakhiri dengan terbentuknya jamaah-jamaah yang siap berangkat untuk dakwah ke seluruh penjuru dunia.
Sejak kedatangan jamaah ke lokasi ijtimak, semua memang dilakukan secara berjamaah, berkumpul jadi satu di bawah tenda.Â
Melakukan aktifitas selama acara berlangsung. Sholat berjamaah, Â makan berjamaah, Â tidur berjamaah, Â dan memenuhi hajat seperti MCK di lokasi yang telah disediakan oleh panitia ijtimak.
Berkumpul dan bergerak bersama, Â melakukan aktifitas bersama ribuan orang di tempat yang sama, Â memang sebuah pengalaman tersendiri.
Lalu ketika Malaysia mengadakan ijtimak-- semua sudah dipersiapkan karena Malaysia sudah sering mengadakan acara ini selama puluhan tahun--merebaklah virus corona.
Yang tanpa disadari telah menjangkiti orang-orang yang hadir. Â Berkumpulnya orang banyak dalam waktu yang cukup lama membuat virus corona mudah menyebar.
 Apalagi bersalaman,  berpelukan, makan dengan jari,  bahkan tidur berhimpitan dengan orang-orang disekelilingnya merupakan tanda keakraban.  Wajar bila  begitu banyak orang yang terpapar.
Peristiwa di Malaysia menjadi perhatian dunia. Â Kita tidak dilarang untuk berkumpul apalagi dalam rangka menciptakan kebaikan.
Tapi bila sebuah perkumpulan, sesuai fakta menimbulkan mudharat, Â memang patut dicegah.
Sosial distancing  memang dirasa bisa mencegah penyebaran virus,  dan memotong rantai penyebarannya. Â
Peristiwa di Malaysia menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Â Tak apalah hari ini kita menjadi pribadi-pribadi yang individualistis. Â Memikirkan diri sendiri, menjaga jarak dengan orang lain, Â bahkan melakukan ibadah sendiri. Â
Tapi suatu ketika saat wabah corona sudah mereda, Â kita akan kembali bersama, Â kumpul bersama, Â makan bersama, Â nonton pertandingan dan konser musik, Â dan jalan-jalan lagi ke mall dan tempat wisata.
Saat ini kita hanya bisa menahan diri dan mencegah, Â agar tidak melakukan hal-hal secara berkelompok dalam satu kendaraan, Â satu tempat, Â atau satu ruangan. Â
Sebab kita ingin, Â virus corona segera pergi dan mengembalikan kehidupan seperti semula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H