Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Sambutan Upacara Pemakaman yang Sangat Lama dan Membosankan

23 Maret 2020   00:48 Diperbarui: 23 Maret 2020   00:49 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ada kematian terkadang menjadi momen penting yang dimanfaatkan oleh seseorang untuk menyampaikan segala unek-unek.  Sehingga upacara pemberangkatan yang seharusnya bisa dipersingkat,  karena jenasah harus segera dikubur,  menjadi sangat lama dan menimbulkan kegelisahan bagi para pelayat.

Kadang,  saya juga bingung untuk menentukan sikap,  apalagi kalau warga tidak bisa satu komando,  ingin ikut serta berbuat untuk yang terakhir kali kepada si mayit sehingga mengabaikan orang lain yang punya kepentingan lain, selain melayat.

Kita tidak pernah mempersoalkan masalah penguburannya.  Mau pakai  bunga atau tidak,  pakai nisan atau tidak,  jenasah mau dipikul atau mau menggunakan mobil jenasah,  semua terserah pada shahibul musibah. Dan orang-orang di sekitarnya siap melayani dengan penuh kerelaan.

Yang sering menjadi masalah adalah lamanya seremonial waktu pemberangkatan.  Karena banyaknya orang yang memberi sambutan.  Sehingga terkadang keikhlasan terhalang karena waktu menunggu dari jenasah dkkeluarkan dari rumah sampai waktu berangkat menjadi sangat lama.

Suatu ketika saya pernah mengalami seorang warga harus dipapah ke rumah sakit saat memikul keranda.  Saat itu tidak banyak kaum laki yang  hadir.  Saya sudah mencoba memberikan solusi agar jenasah tidak dipikul saat upacara pemberangkatan.  Karena disamping jenasah yang berat karena gemuk,  jumlah orang yang bersedia memikul juga sangat terbatas. Tapi seorang pemimpin warga memaksa agar dipikul,  dengan alasan ini adalah penghormatan terakhir bagi almarhum.

Akhirnya saya mengalah  dan mempersilahkan warga untuk memikul.

Sambutan pertama dari kantor tempat almarhum bekerja,  menyampaikan kesan dan pesan selama beliau hidup. Sambutan terasa sangat lama karena hampir 30 menit.  Beberapa orang terpaksa harus bergantian memikul agar keranda tetap tegak saat upacara pemberngkatan.

Sambutan kedua lebih lama lagi,  para pelayat mulai resah tapi tak enak hati untuk meninggalkan lokasi karena acara belum selesai.  Beberapa orang mulai menggeser kursi agar bisa duduk kembali.

Sambutan ketiga dari tokoh lingkungan. Ini juga sangat lama,  kaki saya mulai kesemutan,  para pemikul keranda juga mulai resah.  Dan saat doa yang sangat panjang dibacakan oleh seorang tokoh agama,  tiba-tiba orang yang memikul keranda jatuh terhuyung,  sehingga keranda miring,  untung tidak tidak jatuh.  Sebagian mengambil kursi untuk meletakkan keranda dan sebagian lagi mengurus orang yang pingsan untuk dibawa ke rumah sakit.

Untung setelah setelah doa  jenasah segera diberangkatkan setelah didholatkan di mushola terdekat.

Setelah sampai di makam,  jenasah langsung dimasukkan ke dalam liang lahat  dan kembali ditutup tanah.

Tapi seremonial yang sangat panjang kembali terjadi.  Orang-orang yang  tadinya sangat khusuk sambil jongkok kembali gelisah,  karena talqin dan doa tak kunjung berhenti.  Terlihat beberapa orang terjengkang mungkin kakinya kesemutan karena jongkok terlalu lama.

Meskipun akhirnya proses pemakaman selesai,  para pelayat tak berhenti menggerutu karena menikmati waktu yang sangat lama saat prosesi pemakaman.

Sesungguhnya upacara pemakaman adalah untuk orang yang  hidup.  Bukan untuk si mayit.  Karena orang yang meninggal tidak akan protes ia akan dikubur dengan cara apapun.

  Bahkan seorang mayat yang merasakan sakit saat dimandikan,  itu berhubungan dengan sebuah keyakinan.  Karena sesungguhnya segala prosesi jenasah adalah sebuah kehormatan bagi keluarga yang ditinggalkannya.

Kecuali mereka pejabat, polisi,  atau anggota militer yang punya protap (prosedur tetap)  dalam penyelenggaraan pemakaman,  orang sipil dan anggota masyarakat biasa lebih simpel dalam melaksanakan pemakaman.  Sehingga semua prosesi bisa dipersingkat menyesuaikan situasi dan kondisi suatu tempat.

Para pelayat biasanya memang sengaja untuk meluangkan waktu,  datang dan mengikuti upacara pemakaman sampai selesai.  Tapi adapula pelayat lain yang harus membagi waktu agar bisa bekerja kembali setelah bertakziah.  Sehingga para penyelenggara  pemakaman diharapkan lebih bijaksana,  mempersingkat waktu penguburan dengan upacara sederhana yang  tidak terlalu bertele-tele.

Kita semua menyadari,  harus menghormati sebuah acara prosesi,  sebab hal ini terkait erat dengan adat dan tradisi,  bahkan agama yang dianut oleh almarhum.  Tapi tak ada salahnya kalau para penyelenggara pemakaman juga bisa memperhatikan kepentingan orang banyak.  Agar pemakaman bisa terselenggara dengan lancar dan penuh keikhlasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun