Tiba-tiba seekor anjing  herder menerkamnya. Taring yang  besar mengenai lehernya, darah bercucuran, dan gigitan itu terlepas saat kami pukul. Â
Ternyata monyet dan anjing itu sama-sama terlepas dan lari tanpa kendali dikejar Yang empunya. Yang punya anjing menawari ganti rugi, tapi saya menolaknya.
Sore itu saya dengan tetangga membawa Lucky ke dokter hewan menggunakan kurungan kucing. Ia terlihat lemas tak berdaya sampai di klinik hewan, ternyata lucky sudah mati dan kami  membawanya kembali.
Putri kecil saya menangis sedih. Kehilangan seekor hewan kesayangan yang setiap hari menjadi hiburannya.
Saya berjanji mencarikan gantinya. Tapi sampai rumah kayu si Lucky lapuk, saya belum juga membelinya.
Sayang  waktu itu belum ada hp android,  jadi kami tak bisa mengabadikan kenangan dengan si Lucky,  monyet kesayangan keluarga kami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H