Setiap orang tentu memiliki cerita sendiri-sendiri tentang sejarah bagaimana mereka bisa menikah.
Ada yang  tak sengaja ketemu di kantor, saat kondangan,  ketemu di tempat wisata, bahkan ada juga yang  bertemu hanya di media sosial dan mendapatkan kecocokan hati,  maka menikahlah mereka.
Atau mungkin ada yang  dihodohkan oleh orang tua,  kemudian malah cocok  karena adanya komunikasi rumah tangga dan tetap bertahan sampai sekarang?
Apapun sejarahnya, Â bisa menikah adalah sebuah wujud kemenangan atas perlawanan sebuah ketakutan akan datangnya nasib masa depan yang belum tentu.
Orang Yang sudah sukses menikah adalah para pemberani yang  berhasil melangkah pasti berbekal harapan.
Sebab tak semua orang menikah telah siap secara materi.  Bahkan ada yang  berani menikah, sementara belum lulus kuliah atau bahkan belum punya pekerjaan tetap.
Bisa kita bayangkan bagaimana perjuangan mereka yang  seperti ini. Masih mending kalau mereka masih punya dukungan orang tua. Sehingga apapun kesulitan masih bisa dihadapi. Â
Kalau yang  sudah siap hidup mandiri, menghadapi kesulitan hidup seperti hidangan sehari-hari.  Punya anak istri,  kuliah,  dan kerja paruh waktu dan berusaha untuk tetap bertahan.
Saya punya teman yang semacam ini, Â hidup mandiri sejak menikah dan berhasil menamatkan kuliah. Â Istri dan ke empat anaknya tinggal di kontrakan murah. Â Derai air mata membanjir karena tak punya apa-apa. Â Tapi masya Allah sungguh ajib kawan saya ini, Â saat ini ia telah memiliki rumah sendiri bahkan berhasil menyelesaikan program S3-nya Meskipun dalam waktu yang agak terlambat.
Ada juga yang menikah dengan modal nekad dan kebulatan hati. Â Sekolah juga tidak, Â punya rumah juga tidak, Â bahkan untuk bekerja masih direncanakan. Â Tapi rejeki memang sangkan paraning dumadi, Â tan kena kinira. Â Teman saya yang seperti ini sekarang jadi pengusaha bakso dengan 16 cabang dalam satu kota.