Menikmati Bahagia di Masa Tua Bersama Cucu Tercinta

Ikut bahagia rasanya kalau melihat pak Yudi tetangga saya lewat depan rumah.  Cucu cantiknya yang  kini berusia 3 tahun benar-benar menjadi teman pak Yudi.

Apalagi semenjak beliau pensiun tahun ini,  beliau nyaris meninggalkan semua kebiasaannya. Dan berganti melayani cucunya.  

Pagi-pagi saya pernah  datang ke rumahnya,  ternyata pak Yudi sedang memandikan dan mendandani cucunya.

Bahkan kemana pun pergi, ke  warung,  minimarket,  jalan-jalan,  cucunya ini selalu besertanya.  Baik jalan kaki,  menggunakan motor atau mengendarai mobil.  Sepertinya saya belum pernah melihat pak Yudi pergi sendirian tanpa cucu di sampingnya

Pak Yudi adalah teman akrab saya. Kami sering memancing dan pergi bersama kalau beliau sedang libur.  Dengan saya pribadi pak Yudi sangat baik dan ramah.

Berbeda dengan perlakuan pada keluarganya di rumah.  Terutama pada anaknya yang  sulung,  yang tak lain dan tak bukan adalah ayah dari cucunya ini.

Pak Yudi sering memarahinya karena anaknya ini termasuk bandel.  Malam begadang siang tidur seperti kalong.  

Untung kuliahnya selesai,  dan setelah bekerja  anak pak yudi menikah.  Bahkan saya menjadi wakil keluarganya saat lamaran ke kota lain.

Setelah cucunya lahir,  pak Yudi terlihat lebih bahagia.  Bahkan kebiasaan merokok sudah ia tinggalkan sejak  menantunya mulai mengandung.

Rumahnya di buat lantai dua khusus untuk kamar cucunya.  Padahal anaknya sudah punya rumah sendiri tak jauh dari rumahnya.

Pak yudi benar-benar menikmati bahagia di masa tua. Saya sering lihat sehabis mengambil uang pensiun,  ia borong banyak barang untuk keperluan cucunya.

Benar kata orang tua, kalau simbok  nggo tombok,  simbah nggo tambah,  sebagai ungkapan bahwa kasih sayang orang tua melebihi segalanya.  Dan kasih sayang kakek terhadap cucunya melebihi pada anaknya.

Memang tak semua orang bisa seperti pak yudi,  tapi paling tidak cerita ini bisa menginspirasi bahwa masa tua bisa dilewati dengan bahagia. Dengan kehadiran seorang cucu.