Simbok sangat piawai, Â tangan keriputnya meremas buliran gaplek dicampur gula merah asli, Â dan ditaburi sedikit garam. Â
Lalu adonan yang  berwarna kecoklatan ini dikukus dia atas dandang. Tak berapa Lama tiwul sudah matang tinggal diangkat dan disajikan. Kemebul dan ditaburi parutan kelapa muda,  menjadikan tiwul manis gurih mengundang selera. Â
Hari ini tiwul sudah tak jadi makanan pokok. Tapi sudah jadi makanan camilan.  Di pasar-pasar  tradisonal masih banyak orang menjual tiwul.  Bersanding dengan berbagai jenis dalam kesatuan jajan pasar. Â
Mbak Nanik,  langganan saya di pasar peterongan menjual tiwul dengan segala kelengkapannya.  Ada cethil,  cethot,  sawut,  ketan hitam,  ketan putih,  juga lapis.  Mbak Nanik menyusunnya dalam sebuah tampah yang  dialasi daun pisang.
Selain itu  ada juga sebagian orang yang  menyediakan tiwul  dan kawan-kawan dalam menu prasmanan.  Bahkan hadir di hotel-hotel dengan tampilan mewah sebagai produk lokal yang menggoda selera.
Tiwul juga disajikan dalam berbagai acara resmi yang dihadiri oleh pejabat pemerintahan. Seperti baru-baru ini dalam acara Bulan Bakti  Gotong Royong Tingkat Kecamatan Tembalang,  panitia dari kelurahan meteseh menyediakan tiwul sebagai sajian untuk wlikota dan rombongan.
Kalau anda ingin membuat tiwul, Â sekarang tak perlu lagi menjemur gaplek atau menumbuknya. Karena bahan tiwul sudah tersedia di pasar online, Â anda tinggal order barang akan dikirim. Â Tapi tiwul dari pasar online rasanya hambar, Â mungkin untuk menghindari jamur sehingga tak dicampur gula. Dan anda tinggal menambahkannya menurut selera.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI