Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Kenangan Naik Kereta Api Purbaya, Niat Turun di Stasiun Kediri Terbangun di Stasiun Surabaya

11 Februari 2020   08:08 Diperbarui: 12 Februari 2020   07:55 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar :tribunnews.com

Petugas reatorasi juga rajin berkeliling.  Mereka nenawarkan menu sambil membawa dagangan,  dan mencatat pesanan penumpang.  Lalu balik lagi mengantarkan.

Anda pernah pesan nasi goreng kereta Purbaya?  Katanya rasanya enak,  meskipun porsinya sangat sedikit menurut saya.

Jaman dulu,  naik kereta harus super hati-hati karena jendela tak rapat terkunci.  Para pencopet sering memanfaatkan situasi ini. Mereka bisa menarik tas penumpang dari luar saat kereta api sudah berjalan.

Di kereta Purbaya, para penumpang bisa melakukan apa saja. Terkadang yang  pergj berombongan membawa kartu domino dari rumah.  Mereka bermain kartu untuk mengusir kebosanan di tengah sesaknya penumpang.  

Kalau perjalanan malam, penumpang tidur sembarangan.  Malang melintang di lantai gerbong. Jadi kita harus hati-hati saat berjalan,  jangan sampai menendang kepala penumpang.

Jaman dulu kondektur kereta berkeliling mengecek karcis menggunakan jeplokan kertas, mereka sering sendiri. Tidak didampingi polsuska. Kalau ada penumpang gelap. Cukup bayar di atas kereta.  Harganya sesuai negoisasi yang  disepakati bersama.

Saat turun, di pintu keluar stasiun biasanya ada petugas jaga yang  mengecek tiket, dan menyerahkan kembali pada penumpang setelah dilobangi sekali lagi.

Saya berpuluh kali naik kereta Purbaya pada tahun 80-an.  Rute dari Kutoarjo-Kediri.

Naik dari Kutoarjo pukul 8.00, maklum hari minggu dan akhir masa liburan. Kereta penuh sesak,  saya tak dapat tempat duduk. Berdiri berhimpitan di kereta itu luar biasa. Apalagi ada juga yang  merokok di dalam gerbong. Membuat nafas makin sesak.

Pedagang asongan,  penjual nasi pecel,  penjual rokok,  terus berlalu lalang membuat gaduh kereta.  Mereka terus berganti orang sampai stasiun semut Surabaya.

Saya mendapat tempat duduk setelah sampai stasiun Madiun. Tertidur di kursi katena kelelahan. Saya dibangunkan oleh petugas kereta saat dalam gerbong sudah datang tukang bersih-bersih kereta yang  membawa sapu lidi bergagang panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun