Jimat, kata bapak saya adalah akronim "barang siji dirumat". Â Jimat bisa berupa barang atau tulisan dengan huruf Arab yang tak beraturan karena sering tertulis dalam abjad dan simbol yang tak bisa terbaca dengan jelas.
Dalam kitab-kitab kuno banyak ditulis narasi tentang jimat untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk menolak hama tanaman, kebal senjata, pengasihan, maupun untuk keperluan menaklukkan hati para penyelenggara berbagai kegiatan.
Anda bisa membacanya dalam kitab Syamsul Ma'arif yang tebal, atau dalam kitab Khozinatul Asror yang lebih tipis.
Akan tetapi jimat juga bisa juga ada dalam amalan-amalan tertentu yang dilafadkan untuk mendapatkan kekuatan tertentu.
Para santri biasanya juga akrab dengan berbagai amalan kanuragan atau amalan pengasihan. Mereka biasa membaca khizib Nashr atau mengamalkan kitab dalail dalam kehidupan sehari-hari.
Bahkan untuk tenaga dalam, selain olah tubuh, juga dibutuhkan amalan yang harus dirapalkan untuk memperoleh kekuatan tertentu.
Orang-orang Jawa kuno menyebut jimat dengan nama "ageman" bermakna dipakai atau digunakan. Konon setiap bulan Syura di beberapa daerah ada penjamasan pusaka, yang merupakan jimat dari kerajaan-kerajaan di Jawa.Â
Jimat, yang berupa senjata konon ada khodam (penunggu) di dalamnya. Bisa berupa jin atau makhluk lain yang bisa berkomunikasi dengan sang pemilik dan memberikan manfaat asal diberi makanan yang cukup.
Minyak misik yang asli dan baunya menyengat biasanya digunakan untuk menjamas jimat. Konon ini merupakan makanan para makhluk yang hidup sebagai khodam yang terdapat dalam berbagai jimat.Â
Jimat juga bisa berupa batu akik, konon banyak para pejabat  republik ini yang  mengenakan batu akik sebagai jimat.