Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tali Pocong

6 Februari 2020   23:06 Diperbarui: 6 Februari 2020   23:17 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sketsa.com

Lek Kedi meringis kesakitan. Bibirnya jontor, dan pipinya agak tembem karena bengkak, matanya nyaris tertutup dan terlihat bekas membiru.

Kejadian tak terduga yang terjadi tadi siang menjadi penyebab semua lukanya. Ia dipukuli oleh warga kampung sebelah.

Obsesinya untuk mendapatkan tali pocong sebagai jalan kesuksesan pupus sudah. Akibat  termakan ucapan dukun yang selama ini menjadi panutannya. Dan tak menyangka kalau perbuatannya akan mengakibatkan penderitaan.

Lek Kedi berprofesi sebagai seorang satpam di salah satu perumahan cluster. Postur tubuhnya tinggi besar dan berkulit gelap. Penampilannya kurang meyakinkan sehingga sampai umur 37 tahun ia belum mendapatkan istri karena kurang percaya diri.

Suatu hari kawannya sesama satpam membisiki, "Coba ke Mbah Jenggot  Lek".

Konon Mbah Jenggot  adalah salah seorang dukun kondang yang rumahnya banyak didatangi orang untuk menanyakan nasib, peruntungan, jodoh, dan penyelesaian berbagai masalah.

Malam itu juga lek Kedi datang ke rumah Mbah Jenggot . Di sana sudah banyak orang berkumpul. Laki-laki dari berbagai kampung sekitar. Entah apa lek Kedi betah di sini dan makin tertarik dengan suasananya.

Malam itu kebetulan akan ada perburuan batu akik yang konon kiriman makhluk gaib di kuburan pojok kampung.

"Mau ikut lek?", Seseorang menawari, dan lek Kedi pun ikut melakukan perburuan batu akik.

"Mangsa baru, semoga mentes", batin Mbah dukun.

Sore itu sebelum acara perburuan dimulai, Mbah dukun mengirim seseorang untuk menebar beberapa puluh batu akik di lokasi kuburan. Ada batu akik kembar, warna hijau, merah, biru bahkan puluhan batu akik berbagai warna di sebar di banyak titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun