Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjenguk Orang Sakit Bagian dari Empati dan Pelajaran Berharga

2 Februari 2020   23:27 Diperbarui: 2 Februari 2020   23:35 8312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu Winky tetangga kami sudah 3 hari ini di rawat di rumah sakit. IUD yang over stay di rahimnya selama 18 tahun menyisakan penderitaan tanpa henti sejak enam bulan lalu sampai saat ini.

Efek yang ditimbulkan dari pemasangan spiral dan tidak pernah dicek selama sekian tahun menyebabkan Bu winky mengalami keputihan bahkan pendarahan hebat.

Kami menengok beliau sore ini. Bersama ratusan pembesuk yang datang dari berbagai sudut kota Semarang.

Di lingkungan kami memang sudah menjadi tradisi menengok saudara yang sakit. Baik yang di rumah maupun di rumah sakit. Sebagai wujud solidaritas warga.

Sebelumnya kami tidak tahu mengapa Bu Winky bolak-balik keluar masuk rumah sakit, andai saja pak Teddy, suaminya, tidak bercerita mengenai sejarah panjang penyakit Bu Winky.

Dokpri
Dokpri
Membesuk tetangga di rumah sakit seperti ikut menyangga beban saudara yang sakit. Meskipun kami tidak merasakan secara langsung, tapi dengan menemui mereka yang sedang sakit paling tidak memberikan penghiburan dan bukti bahwa kami memberi perhatian pada keluarga yang sakit.

Kami yang membesuk juga tidak bisa memberikan apa-apa selain sekedar tanda persaudaraan diselingi doa agar yang sakit segera diberi kesembuhan sehingga bisa melakukan aktifitas lagi seperti sedia kala.

Hari ini hampir semua ibu-ibu datang secara berombongan, kecuali beberapa orang yang masih berada di luar atau yang tidak bisa meninggalkan aktifitas penting mereka.

Menjenguk orang sakit, bagi kami bukan hanya bermanfaat bagi orang yang sedang sakit. Tapi juga merupakan pelajaran kepada para penjenguk agar ikut berempati merasakan penderitaan pasien.

Dari perhatian yang kecil dan sederhana ini diharapkan akan menimbulkan perasaan saling dekat dan saling akrab sesama tetangga.

Warga lingkungan kami sangat heterogen. Multi agama, multi suku, dan multi ras. Bahkan tingkat ekonomi warga lingkungan kami juga sangat bervariasi dari golongan ekonomi lemah sampai golongan ekonomi atas.

Dokpri
Dokpri
Saat kami datang membesuk secara bersama-sama maka tak terlihat semua perbedaan itu. Karena yang datang membesuk memiliki niatan yang sama. Memberikan perhatian pada si sakit dan sama-sama memberikan doa kesembuhan.

Setiap menjenguk orang sakit, kami juga selalu mendapatkan pelajaran berharga dari pasien. Apalagi seperti Bu Winky yang sakitnya bersumber dari ketelodoran karena keadaan.

Lemahnya kondisi ekonomi yang di awal kehidupan keluarga Bu Winky seakan menjadi penyebab semua ini.

Satu hal yang menjadi penyebab dari semua penyakit ini. Tidak ada biaya untuk sekedar mengganti IUD, sementara Bu Winky tak merasakan keluhan apa-apa. Padahal benda asing yang telah tertanam belasan tahun itu sudah kedaluwarsa dan tidak berfungsi. Sehingga menimbulkan gangguan jaringan organ dalam Bu Winky.

Setidaknya, setelah membesuk pasien di rumah sakit, semua yang hadir bisa mengambil hikmah. Bahwa kesehatan tubuh itu merupakan hal utama dan paling penting dibanding hal apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun