Saya terkejut, anak yang kami nikahkan setahun lalu terkena Kista. Menurut USG ukurannya sudah lumayan besar, 6,8 cm. Kista di perut Puteri saya menempel pada kedua indung telur. Jadi mustahil putri saya bisa hamil bila Kista di perutnya tidak diaingkirkan terlebih dahulu.
Dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan. Tapi resikonya resiko terbesar putri saya tidak akan bisa memiliki keturunan.
Saat ini putri saya sedang menjalani terapi alternatif. Mudah-mudahan berhasil dan ada harapan untuk segera memiliki momongan.
Awalnya saya sempat emosi. Mengingat setelah bekerja putri saya memang gemar jajan. Jajan apa saja terutama fast food yang saat ini menjadi trend jajanan kekinian kaum milenial.
Saya mulai curiga, setelah menikah putri saya sering mengeluh sakit perut. Tidak doyan makan sehingga bobot tubuhnya yang semula 55 kg menyusut menjadi 39 kg.
Saat mengeluh sakit, ibunya memberikan obat-obat tradisional sebagaimana ketika ia kecil. Sebab keluarga kami memang tidak terbiasa mengkonsumsi obat-obat kimia.
Karena setelah diobati tidak ada perubahan, akhirnya memberanikan diri memeriksakan ke dokter ahli kandungan. Dan dari pemeriksaan itulah baru diketahui bahwa anak saya terkena kista.
Menurut dokter yang merawatnya, dalam tubuh anak saya terdapat toksin yang tak bisa tercerna tubuh. Sehingga menggumpal dan membentuk semacam jaringan hidup yang disebut kista.
Hari ini memang banyak jajanan kekinian yang digoreng, atau dibakar dengan proses cepat. Anak-anak sekarang tidak menyadari bahwa dari proses yang cepat itu menyertakan kandungan kimiawi yang merugikan tubuh.
Kita memang sering tak menyadari bahwa makanan jenis apapun, terlebih makanan yang diawetkan mengandung bakteri dan mikroba yang berbahaya bagi tubuh. Apalagi kalau bahan makanan tersebut tidak disimpan secara higienis.
Saat ini putri saya sudah harus menghindari berbagai jenis makanan. Ikan laut, ayam pedaging, sayur berwarna hijau, kecambah, serta makanan yang digoreng.