Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Bucin Pengantar Galon

20 Januari 2020   12:39 Diperbarui: 20 Januari 2020   12:50 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi pixabay

Beberapa hari ini kiriman air isi ulang yang datang ke rumah kami sering terlambat. Pasalnya bukan karena stok air di depo isi ulang yang habis. Tapi pengantar galon sedang dirudung masalah serius.

Perkenalannya dengan seorang janda muda asal Jawa barat di dunia maya telah membuatnya gelap mata. Meninggalkan pekerjaannya sebagai pengantar galon, dan membuat banyak orang mencarinya. 

Orang-orang mencarinya bukan karena galon yang air yang tak diantarkan. Tapi juga menyangkut piutang yang hitungannya sudah mencapai ratusan juta.

Sebut saja Si Doel, pemuda desa yang lugu ini awalnya tak suka dengan dengan aktifitas dunia maya.  Suatu ketika, dari hasil kerasnya selama beberapa bulan ia berhasil membeli smartphone dengan harga yang cukup terjangkau.

Awalnya ia hanya memakai smartphone nya hanya untuk berkomunikasi dengan para pelanggan. Agar bisa mengantarkan galon air tepat waktu.

Tapi pada tahap berikutnya, atas jasa dari seorang pelanggan ia bisa menggunakan smartphone nya untuk menjalin komunikasi dengan banyak orang.

Suatu ketika, di FB ia dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bernama Nisa (sebut saja begitu), seorang perempuan single parent asal Jawa barat yang bekerja di salah satu gerai pakaian wanita sebuah mall di kota  Semarang.

Hubungan berlanjut lebih privasi di messenger, karena kurang bebas, mereka mulai bertukar nomor hp. Dan dari sinilah semua petaka itu berawal.

Suatu hari, setelah beberapa saat ia tidak kelihatan, istri saya bertanya pada Si Doel, "Kok suwi ra ketok neng ndi Doel?" (Kok lama nggak kelihatan ke mana aja Doel?)

Dengan enteng ia menjawab, "Aku bar njajakke cewek bu." (Saya habis mentraktir cewek bu), sambil menunjukkan sebuah foto seorang perempuan muda di smartphone nya

Menurut cerita si Doel ia habiskan uang hampir 3 juta untuk shopping dan jalan-jalan bersama Si Nisa.

Lalu Si Doel bercerita bahwa selama beberapa hari ini ia memang sengaja tidak betangkat bekerja. Ia mengaku pergi bersama perempuan itu keliling ke berbagai tempat wisata.

"Ya Bandungan, Dieng, Borobudur, Yogyakarta," kata si Doel tanpa beban saat ditanya ke mana perginya.

Suatu hari ia datang lagi membawa sebuah selebaran. Ia bilang itu adalah dafatr untuk investasi. Di lembaran kertas putih tanpa kop itu terdaftar nama-nama orang dengan jumlah nominal tertentu.

"Ini pak, saya sudah punya beberapa investor," katanya sambil menunjukkan daftar nama-nama orang yang sudah join. Mereka menuliskan angka Rp 300.000 sampai 3.000.000.

"Nanti setiap bulan mereka mendapat keuntungan bersih 20% dari total investasi dan modalnya tetap pak. Dan modalnya sewaktu-waktu bisa diambil kalau memang satu periode sudah berakhir," ia menyampaikan seakan-akan mengiming-imingi saya agar ikut berinvestasi.

Saya katakan "tidak", karena saya berpikir bagaimana caranya investor bisa mendapatkan. keuntungan sebesar itu? Terus uangnya diputar ke mana?

Hari berikutnya ia datang lagi, kali ini si Doel membawa sample beras dengan harga murah. Kami membelinya beberapa kilo. Juga beberapa botol sirup.

Setelah itu, masalah mulai datang. Banyak orang yang komplain, karena galonnya tidak kembali. Pemilik warung beras  dan sirup datang ke Depo mencari si doel.

Para investor juga bergantian menanyakan keberadaan si Doel pada pemilik depo.

Karena tidak ada hasil beberapa orang datang ke orang tua Si Doel. Dua motor orang tuanya dan satu motor si Doel terpaksa dijual. Itupun masih belum mencukupi untuk menutup semua hutang si Doel.

Memang sampai saat ini belum ada seorang pun korban yang melapor ke polisi, karena total nilai uang mereka tergolong kecil untuk dikasuskan.

Tapi orang tua si Doel sudah pasrah andai ada pihak yang tidak terima kemudian menyerahkan urusan ini ke polisi. Karena orang tua si Doel sudah kewalahan menasehati.

Dan kami masih rindu dengan suara si Doel yang selalu teriak pagi-pagi.

"Asalamuaikum pak," lalu si Doel mengganti galon kosong dengan galon yang sudah terisi.

Lalu setelah biaya diterima ia segera pergi. Begitu setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun