Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Kisah Sedih Kucing Bernama Curut

7 Januari 2020   22:35 Diperbarui: 7 Januari 2020   22:56 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu itu hujan rintik-rintik seekor kucing belang mengeong diteras rumah. April 2013 pukul 19.00 saat kucing itu datang ke rumah kami.

Anak kami yang sulung menggendongnya dan membawa masuk. Diberi minum susu, dikasih makan nasi lauk pindang. Dan sejak itu  Si Kucing tak mau pergi.

Anak-anak saya memanggilnya Kunthi, entah dari mana datangnya ide nama ini.

Beberapa bulan kemudian Kunthi hamil, seekor kucing jantan berwarna putih keturunan  memang yang  paling rajin mengunjunginya. Beberapa kali ia melahirkan,lalu meninggalkan anak-anaknya di tempat kami.

Curut, adalah anak kunthi generasi ke kedua. Hanya satu yang tersisa dari belasan anak kunthi. Beberapa diantaranya diadopsi tetangga dan beberapa diambil orang yang lewat.

Curut bersama anak-anaknya--dokpri
Curut bersama anak-anaknya--dokpri
Umur curut sekarang sudah 7 tahun. Karena ia lahir tahun 2013.Tahun pertama mengalami birahi, ia melahirkan tiga ekor anak. Semua dimakannya. Mungkin belum faham kalau itu anaknya. Soalnya bentuknya kecil-kecil mirip tikus dewasa.

Tahun kedua musim kawin, ia bertemu dengan tiga ekor jantan yang perkasa. Setiap hari para jantan itu bergantian menidurinya.

Beranak lagi/dokpri
Beranak lagi/dokpri

Pagi sore siang malam terjadi keributan. Genteng melorot, plafon jebol, piring dari lemari berjatuhan itu biasa. Belum lagi pub dan bau pesing air seni para pejantan di mana-mana.

Istri saya terus mengomel menyuruh saya membuang si Curut. Malam hari ia saya masukkan kardus, kardus saya lakban dengan rapat. Bersama keliima anaknya Curut saya buang ke pasar.  

Tapi Masya Allah, begitu masuk rumah ia sudah tiba di rumah dengan terengah .. entah anaknya siapa yang mengadopsi.

Saat kami hajatan, Curut sama sekali tak terlihat. Bahkan daging dan ikan yang menggoda penciuman tak sekalipun ia ganggu. Ternyata ia bersembunyi di gudang diantara tumpukan buku bekas dan berbagai barang. Baru setelah hajatan selesai ia keluar dari persembunyian dan meminta makan.

Beberapa waktu kemudian, musim kawin datang lagi. Kini tidak hanya 3 ekor saja yang mengapeli. Tapi puluhan kucing jantan dari berbagai ras bikin keributan. Depan rumah kami jadi area pertarungan. Masing-masing kucing jantan bertahan dengan egonya hendak meminang si Curut.

Akhir dari sebuah fase ini, curut hamil sangat besar. Saat melahirkan terlihat gelisah. Dari lobang kelahirannya keluar air yang tercecer di mana-mana. Di lantai, di meja, di kasur, di dapur bahkan di lantai kamar mandi yang kering.

Setengah sebelas malam saya mendengar erangan anak kucing. Rupanya Curut melahirkan di kardus yang dialasi kain dalam  kamar.  Sebelas ekor anakan ia keluarkan dari jam 11 malam hingga subuh.

Istri saya yang tidak suka kucing perlahan mulai menyukai. Dibelikannya makanan instan, terkadang beberapa keranjang ikan pindang.

Rumah kami jadi ramai. Tikus tak lagi berani mendekat. Tapi,  masalah lain  datang. Anak-anak kucing pub sembarangan. Mengotori apapun. Bahkan baju satu lemari pernah dikeluarkan dan dimasukkan ke mesin cuci karena penuh kotoran kucing.

Beberapa tamu dan tetangga  kami mengadopsi.  Kini Curut hidup sendiri.

Tahun 2106 Curut hamil terakhir kali. Tiga ekor keturunan Persia lahir dari rahim Curut. Tetangga kami seorang cat lovers. Ia berinisiatif mengebiri Curut agar tidak hamil lagi.

"Untuk mengendalikan populasi", katanya meyakinkan kami.

Pasca operasi kebiri, Curut mengeong laksana auman seekor singa.  Dalam kandang yang sempit ia seperti memprotes nasibnya. Anaknya yang mendekatpun seperti tak dikenalnya. Erangan sepanjang malam membuat pita suaranya rusak.  Dan saat ini ia hanya bisa mengeong lirih..

Bersama tiga anaknya yang lucu dan penurut ia hidup bahagia. Sering pergi dan pulang membawa ikan besar untuk anaknya. Bahkan  saya sering melihat Curut membantai tikus dihadapan anak-anaknya. Seperti mengajari bagaimana berburu mangsa agar bisa survive.

Bahkan ia rela membela anak-anaknya saat kucing lain datang. Perkelahian mati-matian seperti seorang jagoan.

Yang terakhir ia terlihat membantai seekor musang. Gigi bagian kanan sebelah atas patah terkena hantaman si musang. Musang kalah, dan pergi tak pernah kembali sambil menahan malu

Suatu hari, kami pergi. Curut beserta ketiga anaknya kami  tinggal untuk menunggu rumah. Makanan kering kami taruh di beberapa tempat agar ia tak kesulitan saat lapar menggoda.

Dua hari kemudian Curut mengeong lemah  menyambut kami. Seperti ingin mengabari telah terjadi sesuatu pada ketiga anaknya.

Tetangga sebelah rumah bilang, "Kemarin ada sebuah mobil berhenti, lalu mengambil ketiga anak kucing, katanya sudah bilang sama pak Nawir".

"Duh, pencuri ", saya mengumpat dalam hati.

Akhir-akhir ini saya sering beradu pandang dengan Curut. Ia kucing pemalu bahkan kalau difoto kaki depannya digunakan menutupi wajahnya.

Foto dimanapun selalu membuang muka/dokpri
Foto dimanapun selalu membuang muka/dokpri
Saya sering merasa menyesal mengapa Curut dikebiri. Saat ini Curut terlihat sehat dan gemuk. Bahkan bulunya bersih padahal tak pernah dimandikan. 

Sebagaimana gadis cantik sebenarnya Curut cukup menarik lawan jenis. Tapi sepertinya para pejantan tahu kalau Curut sudah tak lagi bisa punya anak. Jadi saat Curut lewat, para pejantan hanya melihat dengan penuh keheranan.
Lalu berkata.. "meoooong"

Tinggal jepret mukanya ia malah membelakangi kamera/dokpri
Tinggal jepret mukanya ia malah membelakangi kamera/dokpri
Curut hanya seekor kucing, sesedih apapun ceritanya ia hanya seekor kucing. Hanya pelajaran berharga ini bisa diambil oleh siapapun yang mampu mengambil pelajaran dari perjalanan Curut si Kucing.
Meooong....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun