Beberapa waktu kemudian, musim kawin datang lagi. Kini tidak hanya 3 ekor saja yang mengapeli. Tapi puluhan kucing jantan dari berbagai ras bikin keributan. Depan rumah kami jadi area pertarungan. Masing-masing kucing jantan bertahan dengan egonya hendak meminang si Curut.
Akhir dari sebuah fase ini, curut hamil sangat besar. Saat melahirkan terlihat gelisah. Dari lobang kelahirannya keluar air yang tercecer di mana-mana. Di lantai, di meja, di kasur, di dapur bahkan di lantai kamar mandi yang kering.
Setengah sebelas malam saya mendengar erangan anak kucing. Rupanya Curut melahirkan di kardus yang dialasi kain dalam  kamar.  Sebelas ekor anakan ia keluarkan dari jam 11 malam hingga subuh.
Istri saya yang tidak suka kucing perlahan mulai menyukai. Dibelikannya makanan instan, terkadang beberapa keranjang ikan pindang.
Rumah kami jadi ramai. Tikus tak lagi berani mendekat. Tapi,  masalah lain  datang. Anak-anak kucing pub sembarangan. Mengotori apapun. Bahkan baju satu lemari pernah dikeluarkan dan dimasukkan ke mesin cuci karena penuh kotoran kucing.
Beberapa tamu dan tetangga  kami mengadopsi.  Kini Curut hidup sendiri.
Tahun 2106 Curut hamil terakhir kali. Tiga ekor keturunan Persia lahir dari rahim Curut. Tetangga kami seorang cat lovers. Ia berinisiatif mengebiri Curut agar tidak hamil lagi.
"Untuk mengendalikan populasi", katanya meyakinkan kami.
Pasca operasi kebiri, Curut mengeong laksana auman seekor singa. Â Dalam kandang yang sempit ia seperti memprotes nasibnya. Anaknya yang mendekatpun seperti tak dikenalnya. Erangan sepanjang malam membuat pita suaranya rusak. Â Dan saat ini ia hanya bisa mengeong lirih..
Bersama tiga anaknya yang lucu dan penurut ia hidup bahagia. Sering pergi dan pulang membawa ikan besar untuk anaknya. Bahkan  saya sering melihat Curut membantai tikus dihadapan anak-anaknya. Seperti mengajari bagaimana berburu mangsa agar bisa survive.
Bahkan ia rela membela anak-anaknya saat kucing lain datang. Perkelahian mati-matian seperti seorang jagoan.