Mobil yang kami tumpangi melaju kencang di jalan bebas hambatan. Sejak ada Tol  Semarang-Bawen waktu tempuh jadi lebih singkat. Kalau biasanya 30 menit sampai satu jam baru sampai Ambarawa, kini hanya butuh waktu 15 menit sudah sampai Bawen.
Memasuki jalan lingkar Bawen Jambu, ini seperti merayapi jalan tol gratis lancar manunggal sampai Banyubiru.
"Sudah sampai di mana pak", seseorang dari seberang menelpon. Saat itu kami baru sampai di depan Markaz Yon Zipur Banyubiru.
"Sebentar lagi sampai",jawab saya mengkonfirmasi.
Lalu setelah belokan gapura Brongkol  terlewati kami memasuki area kampung dengan sawah di kanan kiri.
"Posisi di mana?", tanya saya pada seseorang yang tadi menelpon.
"Dari jembatan maju sedikit, lalu ada belokan ke kiri, masuk saja pak , saya di pinggir jalan"
Benar saja, setelah berbelok di jalan yang agak lebar saya melihat seorang pemuda usia sekitar 28 tahun, berdiri di sebelah tumpukan durian yang nampak baru saja dipetik.
"Saya pilihkan beberapa jenis dari kualitas terbaik pak", kata pemuda ini.
Kami baru mau jongkok, tiba-tiba gerimis datang dan makin lama makin besar. Lalu terburu menaikkan durian yang sudah dipilih tadi ke mobil. Sementara yang lain sekedar ditutupi terpal yang rupanya sudah dipersiapkan. Rencana kami menikmati durian di tengah hutan terpaksa dibatalkan.
Dan diajak ke rumah Marzuki sang pemilik kebun.
Mobil berputar berbalik arah menuju rumah besar milik Mantan Lurah Brongkol. Rumah ini sangat luas dengan ruangan yang ditata dengan meja kursi berderet, seperti ruangan rapat.
Di pojok ruangan ada setumpuk durian dengan berbagai jenis. Lalu kami dipersilahkan duduk, seseorang yang sedikit gemuk menyaapa kami dengan ramah dan istrinya datang membawakan kopi.
"Ini durian tembaga pak", kata Marzuki sambil menyodorkan satu butir durian yang telah dibuka dan meletakkannya di atas meja. Lalu kami empat orang langsung menyerbu. Durian kecil dengan daging tebal dan serat buah yang agak kasar ini satu persatu kami lumat. Rasa manis  yang unik  langsung terasa di lidah.
Satu butir sudah habis, lalu Marzuki membuka  satu durian lagi dengan ukuran agak besar.
"Ini durian mentega pak", Â katanya menyebutkan jenis durian ini.
Durian berwarna kuning emas ini terlihat sangat ranum. Daging tebalnya terlihat sangat menggairahkan. Satu persatu dinikmati sampai habis tinggal setumpuk kulit yang tersisa.
Lalu yang ke tiga, durian dengan ukuran yang lebih besar lagi dibuka.
"Nah yang ini durian Montong pak", kata Marzuki sambil menyerahkan sebutir lagi.
Buah durian dengan kulit tebal dan biji kecil ini memang paling spesial. Rasanya yang lembut dan manis membuat lidah kami terus bergoyang  sampai butir terakhir.
Tak terasa kami sudah makan empat butir durian. Satu anggota team sudah mengeluh pusing, satu lagi sudah menyerah di butiran ke dua. Dan saya bersama satu teman lagi terus melumat buah durian dengan segala aneka rasa.
Brongkol memang seperti pusat durian di Jawa Tengah. Banyak varian yang dikembangkan petani dengan nama yang cukup unik. Ada Vera, Inul, Tembaga, Madu, Mentega, Bawor, dan masih banyak lagi.
Kombinasi manis asam dan pahit menjadi incaran para penggemar durian dari daerah-daerah luar kabupaten Semarang.
Durian Brongkol juga sering diikutkan diberbagai pesta durian seperti di Solo atau di Semarang. Dan beberapa kali mendapatkan juara.
Marzuki adalah salah satu orang yang intens bertani durian. Ayah mertuanya adalah seorang anggota TNI yang masih bertugas, yang kebetulan memiliki istri orang setempat. Warisan dari orang tua berupa tanah pekarangan yang lumayan luas ditanami berbagai jenis bibit durian.
Sudah beberapa tahun belakangan ini durian yang ditanam mulai menghasilkan.
Melihat harganya yang terus stabil, pendapatan ratusan juta dari penjualan durian ini terus mengalir ke pundi-pundi keluarga Marzuki.
Bahkan tak jarang, Marzuki kehabisan stok, dan harus mencari durian di petani atau pedagang di sekitar tempat tinggalnya.
Saat musim durian, Brongkol Banyubiru yang merupakan jalan alternatif Ambarawa Magelang ini, di sepanjang jalan terdapat banyak kios durian.Â
Durian yang digantung seperti mengundang para pejalan untuk mampir dan menikmatinya.
Bulan Januari sampai Maret adalah puncaknya musim durian Brongkol. Jangan tunda lagi dan segera nikmati kelezatan rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H