"Ini durian tembaga pak", kata Marzuki sambil menyodorkan satu butir durian yang telah dibuka dan meletakkannya di atas meja. Lalu kami empat orang langsung menyerbu. Durian kecil dengan daging tebal dan serat buah yang agak kasar ini satu persatu kami lumat. Rasa manis  yang unik  langsung terasa di lidah.
Satu butir sudah habis, lalu Marzuki membuka  satu durian lagi dengan ukuran agak besar.
"Ini durian mentega pak", Â katanya menyebutkan jenis durian ini.
Durian berwarna kuning emas ini terlihat sangat ranum. Daging tebalnya terlihat sangat menggairahkan. Satu persatu dinikmati sampai habis tinggal setumpuk kulit yang tersisa.
Lalu yang ke tiga, durian dengan ukuran yang lebih besar lagi dibuka.
"Nah yang ini durian Montong pak", kata Marzuki sambil menyerahkan sebutir lagi.
Buah durian dengan kulit tebal dan biji kecil ini memang paling spesial. Rasanya yang lembut dan manis membuat lidah kami terus bergoyang  sampai butir terakhir.
Tak terasa kami sudah makan empat butir durian. Satu anggota team sudah mengeluh pusing, satu lagi sudah menyerah di butiran ke dua. Dan saya bersama satu teman lagi terus melumat buah durian dengan segala aneka rasa.
Brongkol memang seperti pusat durian di Jawa Tengah. Banyak varian yang dikembangkan petani dengan nama yang cukup unik. Ada Vera, Inul, Tembaga, Madu, Mentega, Bawor, dan masih banyak lagi.
Kombinasi manis asam dan pahit menjadi incaran para penggemar durian dari daerah-daerah luar kabupaten Semarang.
Durian Brongkol juga sering diikutkan diberbagai pesta durian seperti di Solo atau di Semarang. Dan beberapa kali mendapatkan juara.
Marzuki adalah salah satu orang yang intens bertani durian. Ayah mertuanya adalah seorang anggota TNI yang masih bertugas, yang kebetulan memiliki istri orang setempat. Warisan dari orang tua berupa tanah pekarangan yang lumayan luas ditanami berbagai jenis bibit durian.
Sudah beberapa tahun belakangan ini durian yang ditanam mulai menghasilkan.