Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pasar Tiban di Masjid Baiturrahman Simpang Lima Semarang

3 Januari 2020   17:46 Diperbarui: 3 Januari 2020   18:01 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepatu dan dompet | dokpri

Suara salam imam sholat Jumat terdengar, disambut suara gemuruh seluruh jamaah mengikuti  pertanda sholat Jumat telah usai.

Beberapa ratus jamaah masih bertahan melantunkan dzikir dan doa, sementara yang lain langsung bergegas menuju pintu keluar.

Aksesoris hp/dokpri
Aksesoris hp/dokpri
Lalu di antara jejal  para jamaah yang mengantri menuju pintu keluar masjid, sayup-sayup terdengar suara pedagang yang ramai menawarkan dagangannya.

Ya, hari Jumat di depan Masjid Agung Baiturrahman Semarang memang menjadi pasar tiban. Beberapa puluh pedagang kaki lima menggelar asongan dengan alas seadanya.

Ada peralatan dapur, alat rumah tangga, aksesories hp, jamu, obat kulit, ikat pinggang, kerajinan tangan seperti butiran penghitung tasbih, pipa rokok dan sebagainya.

Pengasah pisau | dokpri
Pengasah pisau | dokpri
Hari ini cuaca cukup cerah, kondisi alam ini mendukung aktivitas penjual dan pembeli di halaman masjid. Coba kalau hujan, mereka akan bubar mencari tempat berteduh di sepanjang bangunan bawah masjid. Maklum  namanya pasar tiban, jadi memang tidak ada peneduh khusus bagi para pedagang.

Sayang sekali saya tidak sempat bertanya, berapa uang yang para pedagang keluarkan untuk sekali tampil di pasar tiban. Karena saya yakin, pasti tidak gratis.

Sepatu dan dompet | dokpri
Sepatu dan dompet | dokpri
Seakan menjadi oase bagi para jamaah yang sebagian besar adalah pegawai dan buruh sekitar masjid, pasar tiban ini menjadi udara segar, sekedar pelepas penat setelah setengah hari bergelut dengan berbagai kesibukan.

Pedagang kaki lima yang hadir di pasar tiban sepertinya bukan orang baru, saya lihat wajah-wajah mereka adalah orang-orang yang biasa menggelar lapak disepanjang stadiun jati diri Semarang di car free day  setiap hari Minggu.

Pedagang obat | dokpri
Pedagang obat | dokpri
Pedagang kaki lima memang seperti memiliki indera ke enam. Mereka mampu mengendus keramaian entah dengan cara apa. Tak berselang lama, saat jamaah berangsur sepi, para pedagang kaki lima pun segera berkemas, entah besok mereka berjualan di mana lagi.

Salah satu dari pembaca pasti pernah melihat suasana ini kalau kebetulan sedang melaksanakan sholat Jumat  di Masjid Baiturahman Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun