Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Warung Pak Ta'in Selalu Ramai?

2 Januari 2020   21:50 Diperbarui: 2 Januari 2020   21:47 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi warga yang tinggal di wilayah kelurahan Meteseh Kota Semarang, tentu tak asing lagi dengan warung ini. Bangunan ini sebenarnya tak layak disebut warung karena hanya berupa gubug papan yang berdiri diantara kokohnya bangunan perumahan disekitarnya .

Berdiri sejak adanya pembangunan perumahan oleh PT Bukit Jaya Metro Semarang, Pak Ta'in dan keluarganya mendirikan semacam gubug untuk menggelar dagangannya berupa makanan dan minuman untuk melayani para pekerja proyek

Waktu itu anaknya masih kecil-kecil, berjibaku dengan kondisi serba sulit, pak Ta'in bertahan dengan dibantu oleh beberapa keponakannya yang kini telah berumah tangga.

Adem, mungkin itu salah satu alasan para buruh proyek untuk melepaskan penat setelah setengah hari bekerja. Karena warung ini berada di bawah rerimbunan pohon waru, itu yang membuatnya adem

Tak ada makanan yang terlihat kalau dari luar, hanya beberapa bangku panjang yang sudah nampak usang dan beberapa meter luas teras untuk berteduh.

Menu yang tersedia/dokpri
Menu yang tersedia/dokpri
Nasi dengan sayur seadanya dan gendar pecel dengan sambal kacang yang pedas adalah menu utama warung ini.

Es teh, kopi, dan beberapa jenis minuman instan juga tersedia.

Gorengan dari mendoan, bakwan, tahu, pisang, ketela rambat, rolade adalah camilan istimewa warung ini.

Satu porsi makan pakai telor atau sepotong ayam plus es teh harganya tak sampai Rp.10.000

Kata Mak Mun (panggilan istri pak Ta'in), warung ini seperti saksi bisu akan keberadaan perumahan hingga jadi ramai seperti sekarang.

Ia bercerita akan situasi perumahan saat itu. Sepi, dan penghuninya terpencar dari blok A sampai Blok C. Penghuni perumahan jarang jajan di tempatnya mungkin karena gengsi atau yang lain.

Baru setelah beberapa saat, perumahan Dinar Mas mulai penuh apalagi Bukit Kencana Jaya lebih penuh, para penghuni perumahan mulai menyerbu warungnya karena harganya murah.

Mak Mun mulai buka warungnya dari jam 08.00 pagi. 15 kg beras ia masak setiap hari dan habis pukul 16.00 sore. Bahkan kalau bulan puasa Mak Mun memasak lebih banyak, bisa 2 kali lipatnya. Sebab bulan puasa warung makan banyak yang tutup siang hari. Sedangkan para pekerja proyek tetap bekerja dan tidak libur kecuali hari Minggu.

Buruh proyek menikmati makan siang 
Buruh proyek menikmati makan siang 
"Saya hanya berniat melayani para para pekerja proyek," kata Mak Mun merendah.

Warung ini pernah terbakar beberapa waktu yang lalu. Mungkin karena iseng melihat larisnya warung ini. Jadi ada yang iri. Tapi keesokan harinya warung ini sudah berdiri lagi meskipun dengan kondisi seadanya dan para pekerja proyek bisa makan kembali.

Menantunya membantu memasak dengan kayu bakar 
Menantunya membantu memasak dengan kayu bakar 

Makanan memang sepertinya hal yang remeh, tapi justru menempati posisi paling penting karena merupakan sumber energi.
Menyediakan makanan untuk orang papa yang membutuhkan tentu mengandung hikmah yang besar.

Para pekerja proyek dengan penghasilan pas-pasan akan berfikir dua kali untuk tiap hari makan di warteg atau di rumah makan padang. Sebab di sana harganya lebih mahal. Para pekerja proyek berfikir bahwa penghasilan yang ia dapatkan dari memeras keringat dan banting tulang tak untuk dirinya sendiri melainkan untuk anak istrinya yang di rumah menanti.

Jadi makan di warung pak Ta'in memang cara yang paling tepat untuk mengatasi pengeluaran, agar penghasilannya sebagai buruh proyek bisa dinikmati anak istri. 

Semoga pak Ta'in dan Mak Mun tetap diberi kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun