Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Warung Tradisional Versus Minimarket

1 Januari 2020   01:00 Diperbarui: 1 Januari 2020   01:03 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemajuan jaman yang terus berjalan. Membuat segalanya berubah, banyak sektor informal yang terpinggirkan.

Pengelolaan usaha yang awalnya hanya secara individual yang dikelola dengan sistem kekeluargaan berubah menjadi usaha kelompok yang kuat.

Salah satunya adalah keberadaan minimarket yang tumbuh di setiap titik di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke berjejer minimarket hingga ke pelosok-pelosok kampung.

Warung tradisional di Indonesia dikelola oleh individual. Keperluan rumah tangga seperti sembako adalah produk utama yang disediakan di warung tradisional. Dalam perkembangan berikutnya, ketersediaan barang makin beragam. Tak hanya sembako tapi juga kebutuhan lain seperti sampo, sabun, alat rumah tangga dan sebagainya.

Di beberapa warung tradisional, dalam perkembangannya selain menyediakan sembako dan keperluan rumah tangga yang lain juga menyediakan sayuran segar, hasil bumi juga jajanan basah dan kering sebagai pelengkap.

Warung tradisional dalam perkembangan selanjutnya berujud seperti pasar mini yang menyediakan hampir semua keperluan rumah tangga dan melayani grosir untuk para pedagang kecil di sekitarnya.

Minimarket/dokpri
Minimarket/dokpri
Minimarket yang belakangan ini muncul bagai cendawan di musim hujan, manfaatnya memang terasa bagi masyarakat  sekitar. Ketersediaan produk pabrikan yang lebih lengkap membuat minimarket mendapatkan kunjungan yang lebih intens dari masyarakat.

Dalam prakteknya minimarket tak hanya menyediakan keperluan sehari-hari, tapi juga melayani jasa untuk pembayaran berbagai macam angsuran. Bahkan sekarang ini minimarket selain melayani pembayaran dengan uang virtual juga menyediakan ATM bagi para pelanggan yang membutuhkan uang cash.

Dampak munculnya minimarket memang secara tidak langsung membunuh para pelaku retail kecil. Di tempat saya bermukim banyak warung-warung kecil yang memilih tutup daripada terus bertahan tapi dagangannya tidak laku karena isi  warungnya kurang lengkap.

Sementara yang lain bertahan karena selain warungnya yang lebih besar juga menyediakan layanan grosir.

Warung tradisional memang tak pernah bisa menyaingi minimarket. Tapi warung tradisional bisa jadi lebih familiar.

Sementara minimarket memang lebih unggul, tapi minimarket tak pernah bisa menyediakan produk sebagaimana warung tradisional.

Anda pilih belanja di mana ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun