Entah sejak kapan sebenarnya hadirnya terompet ke Indonesia. Yang jelas alat musik tiup dengan berbagai varian bahan, warna, dan bentuk ini sudah ada semenjak saya kecil.
Mirip dengan terompet adalah saksofon, alat musik tiup yang bisa diolah nadanya menggunakan tuts ini populer sejak Kenny G Seorang Saksofonis populer dengan lagu-lagu yang menyayat hati di tahun 1980-1990 an. Tercatat banyak lagu yang telah dibawakan Kenny G.
Kembali ke Terompet. Yang dijual dijalanan memang bukan terompet yang bisa berubah nadanya saat disentuh tutsnya. Karena terompet ini bahannya hanya dari kertas. Suaranya hanya nyaring dan lemah, tergantung tiupan angin penggunanya.
Udara yang ditiupkan lewat mulut terlebih dahulu melewati semacam filter yang terbuat dari bambu kecil yang ujungnya di potong runcing sisi yang ini biasanya dipasang sebuah karet kecil yang bisa buka tutup semacam katup. Saat udara melewati ini terjadi getaran pada filter karet akibat pergesekan dengan udara dan mengeluarkan bunyi yang nyaring saat angin keluar. Karena fungsi inilah maka ujung terompet sebagai tempat keluar suara lebih lebar daripada ujung untuk meniup.
Saat menjelang tahun baru, jalan-jalan protokol Semarang terdapat banyak pedagang terompet. Mereka  datang dari daerah sekitar Semarang, seperti Kudus, Purwodadi dan Kendal.
Mereka datang sebagai pedagang musiman yang hanya berjualan menjelang tahun baru.
Saat ini terompet banyak ditawarkan oleh aplikasi berbasis daring. Entah bagaimana nasib para pedagang terompet ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H