Setelah puas rooms tour, saya berkeliling di luar gedung. Rimbunan semak belukar memenuhi area luar gedung di seluruh titik.
Pecahan kaca berserakan di sana sini. Bangunan saluran air  sepertinya tersumbat dipenuhi sampah dedaunan. Dan nampak banyak bungkus makanan bahkan alat kontrasepsi dibuang begitu saja di sembarang tempat.
Di luar gedung ini saya menemukan Tulisan Tanah Mas Duaja. Saat saya browsing ke internet ini adalah nama sebuah perusahaan properti yang eksis di tahun 80-an. Yang sampai sekarang tidak diketahui lagi ke mana perginya perusahaan. Hingga meninggalkan bangunan mahal dan terlihat sangat kokoh ini.
Di belakang gedung saya juga menemukan tandon air yang masih terisi dan ada ember di luarnya. Saya hanya memperkirakan ini ada penduduk lokal yang memanfaatkan airnya untuk keperluan mereka. Entah untuk mencuci kaki atau mandi. Sebab saya juga menemukan kertas bekas bungkus sabun di sini.
Sambil berkeliling mengitari gedung saya berfikir, andai saja tempat ini dirawat dan difungsikan kembali sebagai penginapan mungkin akan ada lebih banyak lagi orang-orang yang ingin datang berkunjung.
Bila dirawat, minimal dibersihkan, dan jalan-jalan diperbaiki, lokasi ini bisa dijual sebagai lokasi wisata berbayar seperti halnya Benteng Pendem Ambarawa.
Oh ya tempat ini adalah tempat yang umum, tidak terawat. Jadi kalau teman-teman berkunjung ke tempat ini tidak perlu membayar tiket masuk atau retribusi parkir. Anda bisa parkir di manapun anda suka dan dijamin aman.
Dan yang terakhir, kalau anda berkunjung ke tempat ini jangan lupa membawa perbekalan yang lengkap. Sebab di tempat ini tak ada satupun penjual makanan dan minuman. Dan jangan lupa isi penuh semua alat perlengkapan untuk perekaman karena di gedung ini juga tidak ada aliran listrik.
Selamat menikmati perjalanan ke Piramida Rowosari.
Gambaran perjalanan sampai lokasiÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H