Peradaban memang terus tercipta oleh akal budi manusia. Dampak kecerdasan yang ditanamkan oleh Yang Maha Kuasa kepada Manusia menciptakan kreatifitas baru yang menginspirasi orang lain untuk membuat hal-hal yang lebih baru.
Era millenium memang tak menampik kenyataan bahwa informasi akan terus tersebar tanpa henti didukung oleh keberadaan gadget dan jaringan internet yang terjangkau.
Beberapa tahun yang lalu tersiar kabar keberadaan masjid Kapal Ngaliyan.
Sebuah bangunan menyerupai masjid yang sontak menarik perhatian  para netizen untuk berkunjung ke sana.
Saya browsing di internet dan menemukan berbagai konten tentang masjid kapal.
Berbekal rasa penasaran, saya pun bergegas melakukan perjalanan.
Gambaran lokasi masjid kapalÂ
Rute Ke Masjid Kapal
Saya tinggal di wilayah perumahan Bukit Kencana Jaya Semarang. Mengambil jalur dari  pertigaan Ngaliyan tak sampai 10 menit sudah sampai di pertigaan dekat pasar Ngaliyan. Lalu belok kanan sesuai petunjuk orang lokal yang jadi guide alami.
Jalan ke arah lokasi cukup nyaman bila anda kurang yakin  dengan jalan yang dilewati jangan ragu untuk bertanya pada penduduk setempat agar anda tidak tersesat seperti saya. hehehe.
Beberapa kali saya harus bertanya kepada penduduk lokal karena rute ini sangat asing bagi saya, sebab sebelumnya saya belum pernah melewatinya.
Sampai di lokasi, di sepanjang jalan terdapat banyak warung yang menyediakan makanan dan minuman untuk para pengunjung .
Gapura Kayu Jati dengan tulisan nama masjid akan menyambut Anda. Di sekitar gapura ini biasanya banyak pengunjung melakukan selfie kemudian dibagikan ke media sosial mereka.
Tiket masuk ke lokasi ini hanya Rp.5000/orang yang digunakan oleh pengelola untuk perawatan.
Setelah membayar tiket saya segera berkeliling mengitari bangunan. Dari udara, bangunan ini memang menyerupai sebuah kapal yang sedang mengapung di atas air. Keberadaan kolam yang dibuat di sekitar bangunan memberikan kesan bahwa kapal ini memang seperti mengapung di atas air.
Bangunan luar yang ditrmpeli lantai kayu Ramin berwarna kuning kecoklatan memang terlihat seperti kapal betulan. Menurut informasi yang saya kumpulkan, bangunan ini memang terinspirasi dari kapal Nabi Nuh.
Di luar banyak rombongan dari berbagai kota berdatangan. Warga kota terdekat dari kota Semarang semisal Kudus, Demak, Jepara, Purwodadi, bahkan dari luar propinsi memenuhi tempat ini.
Kondisi Lantai Dasar
Di Lantai dasar yang merupakan ruang pertemuan, terdapat stand pengobatan alternatif yang ditangani oleh seorang Habib.
Banyak pasien yang mengantri untuk berobat berbagai macam penyakit. Baik penyakit ringan maupun penyakit kronis.
Saya terinspirasi untuk bertanya pada pengunjung yang terlihat berjalan tertatih-tatih, beliau menjawab tujuannya untuk berobat.
Lantai dasar ini terdiri dari bangunan seperti aula lengkap dengan panggung yang bisa disewa oleh masyarakat untuk mengadakan acara seperti resepsi atau acara pertemuan yang  berkapasitas 500-an orang .
Lantai dua
Dengan menaiki tangga, kita sampai di lantai dua. Di pojok sebelah barat terdapat ruangan  yang sepertinya adalah tempat sholat. Ada ruangan pengimaman, sajadah yang tertata rapi, dan sound system' sederhana. Dan lantai dua memang untuk tempat sholat bukan untuk jumatan sebagaimana lazimnya sebuah masjid.
Karena Masjid Kapal hanyalah sebuah nama untuk banguna. Yang menyerupai masjid. Tapi bukan masjid sebagaimana lazimnya yang kita ketahui. Menurut pengelolanya orang-orang melaksanakan sholat Jumat di masjid kampung terdekat. Seperti Masjid Podorejo dan sebagainya .
Lantai Ketiga
Bentuk ruangan di lantai tiga sama dengan ruangan di lantai dua. Di tempat ini rencananya tidak ada apa-apa. Hanya ruangan kosong yang dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk menikmati bekal perjalanan. Menurut pengelolanya bangunan di lantai tiga ini rencananya akan digunakan sebagai ruang diskusi bila pembuatan Kampung Pare di lokasi ini sudah jadi.
Atap Gedung
Dari lantai tiga bangunan ini ada tangga yang menghubungkan ke atap gedung. Dan inilah lokasi favorit para pengunjung untuk mengabadikan momen. Terdapat Kubah berwarna Hijau tua yang menyiratkan bahwa ini adalah bangunan masjid. Sawah dan hutan di sekitar masjid terlihat dari atap gedung ini. Bahkan kita bisa melihat tanpa halangan semua aktifitas orang-orang yang berada di bawah gedung. Di atap gedung terasa menyengat apalagi kalau siang hari. Karena bagian atap gedung tidak ada pelindung. Banyak pengunjung yang berselfi dengan latar belakang sawah dan hutan di bawah bangunan.
Masjid Safinatunnajah atau Masjid Kapal menurut saya memang layak untuk mengobati rasa penasaran anda. Sebab masjid kapal memang dibuat khusus untuk membuat anda penasaran. Dari lokasi yang menyedot pengunjung ini akan muncul sumber ekonomi alternatif bagi warga sekitar lokasi. Pedagang makanan, souvernir, tukang ojek, pengelola parkir, bahkan mungkin pengusaha penginapan bila ada pengunjung dari luar daerah yang butuh tempat untuk beristirahat.
wisata, membayar tiket, parkir mobil, menginap, itu sudah merupakan dukungan kita untuk meningkatkan pendapatan bagi orang lain
Semoga anda senantiasa diberi kesehatan dan memiliki kesempatan untuk berkunjung ke Masjid Kapal Ngaliyan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H