Mohon tunggu...
Zainun Najib
Zainun Najib Mohon Tunggu... -

Alumni Pon Pes Krapyak Yayasan Ali Maksum, pernah nyantri di Al-Azhar Cairo Mesir. Sekarang nyantri di Yekatrinburg, Russia. Bermanfaat dan Barokah, itu motto hidup saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semangat Lansia Belajar Agama

6 Mei 2011   09:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:01 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu ketiga bulan april 2011, murid – murid madrasah “Nur” melaksanakan ujian akhir madrasah masjid Nur, Oktyabriski, Baradullina, Sverdlovksi oblast. Ujian tersebut diselenggarakan untuk mengetahui progresifitas ilmu agama yang mereka peroleh selama tahun ajaran 2010/2011. Ujian akhir madrasah Nur dilaksanakan secara bertahap. Hari jum’at (22/04) untuk mereka yang sudah tahun ke empat, hari sabtu (23/04) untuk murid – murid tahun ke dua (bagi yang tinggal di desa). Dan pelaksanaan terakhir hari minggu (23/04) secara khusus untuk murid – murid yang tinggal di kota, yang terbagi menjadi tiga grup. Materi ujian beragam. Sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan setiap minggunya, seperti fikh, Siroh nabawiyah (sejarah nabi), hadis, dan tajwid. Ujian akhir madrasah Nur ini bukanlah ujian biasa. Panitia sengaja mendatangkan penguji dari Rayon lain, yaitu Radifullah Hazrat. Para peserta ujian terlihat sangat serius dan antusias dalam menjalani ujian akhir madrasah ini. Namun, ada kekontrasan, ruang madrasah atau masjid yang biasanya ramai terlihat sangat sepi. Menurut Ruslan Hazrat Nurmametov, separuh dari murid madarasah tidak datang ke masjid karena akut terhadap ujian. Ujian di mulai pukul 11.30 dan selesai pukul 14.30 waktu setempat. Hari terakhir ujian madrasah Nur ditutup dengan minum teh bersama dan makan siang bersama dengan menu “Plov”, masakan has dari negara – negara asia tengah. Setelah ujian akhir madrasah selesai, zachot ( semacam raport) akan dibagikan dua minggu kedepan. Selanjutnya mereka akan libur selama musim panas. Mereka akan bercocok tanam selama tiga bulan. Mereka akan menanam tomat, kentang dan kebutuhan sehari –hari lainnya. Hasil dari perkebunan mereka nantinya bukan untuk dijual, namun untuk dikonsumsi sendiri selama musim gugur dan musim dingin. Karena saat musim gugur tanah sudah tidak bisa produktif lagi, terlebih jika salju sudah turun. Beginilah hidup di Yekaterinburg. (semoga nanti bisa bercerita bagaimana asyiknya bertani bareng nenek – nenek, syukur kalo ada cucunya).heheh. Ketika simbah - simbah harus ujian Kecurangan bukanlah hal yang baru dalam setiap ujian. Terbukti, beberapa nenek memanfaatkan kelengahan pengawas dengan mencontek. Menurut salh satu peserta ujian yang tidak mau dituliskan namanya mengatakan “kami sudah tua, tidak bisa lagi menghafal, kami belajar agama karena zaman dahulu tidak ada yang mengajari kami, kami tidak membutuhkan diplom dan sebagainya, kami hanya ingin tahu bagaimana tentang sholat, membaca al-qur’an dan mendengarkan hadist “. Disinilah terlihat kegigihan para manula muslim Yekaterinburg. Meskipun sudah tua, ditengah menurunnya kemampuan fisik dan akal mereka tetap giat menuntut ilmu meskipun keputusasaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan sering menghampiri. Ditengah keputusasaan itu saya sering membesarkan hati mereka. Saya menceritakan perbedaan antara simbah – simbah di Indonesia dan di Yekaterinburg. Gaya mengaji simbah – simbah di Indonesia sangat tradisionalis, datang, duduk, dan mendengarkan. Di  Yekaterinburg, mereka harus benar-benar seperti anak- anak sekolah. Harus membawa buku, mencatat  mengerjakan PR dsb. Hal tersebut merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh simbah-simbah Yekaterinburg. Ketika ditanya salah satu motivasi ngaji di madrasah nur, salah satu kakek menjawab “ memanfaatkan umur demi menyempurnakan agama”, katanya. Dalem banget, mbah ! Salam Najib Yekaterinburg, Sverdlovksi Oblast

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun