Mohon tunggu...
Agung Triatmoko
Agung Triatmoko Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sekedar menuliskan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pasar Kaget, Arena Tempur Melawan MEA

3 Februari 2016   13:58 Diperbarui: 3 Februari 2016   14:15 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda yang gemar membaca tulisan-tulisan tentang strategi tempur mungkin sepakat jika ada pendapat bahwa kemenangan dimulai dari cara seorang panglima menciptakan sebuah medan tempur. Ketika seorang panglima mampu memancing lawan untuk bertarung di medan tempur buatannya, ia akan menjadi sangat kreatif dan inovatif melakukan serbuan-serbuan bahkan pertahanan terbaiknya hingga kemenangan menjadi lebih mudah diperoleh.

"Peperangan" masyarakat ekonomi Indonesia di era globalisasi yang diawali dengan diberlakukannya MEA, sepengamatan saya masih belum memiliki pola yang jelas, sementara ancaman serbuan produk dari luar sudah tinggal menghitung hari saja. Para prajurit yang diisi oleh para pengusaha kecil dan mikro belum mendapat semacam perintah perang yang menunjukkan nilai strategis handal.

Ancaman dan peluang terbesar MEA adalah budaya konsumsi masyarakat pada umumnya terhadap produk apapaun yang ada di pasar, dan itu mampu dibaca dengan baik oleh lawan (MEA), serbuan produk-produk murah dengan kemasan baru akan membuat para prajurit kita mati gaya. Padahal, kemampuan bangsa ini untuk memproduksi dan membaca peluang pasar jauh lebih terbuka, mudah dan murah. Lantas apa kira-kira yang harus diperbuat di masa-masa awal "pertempuran" ini?.

------

Otonomi daerah sesungguhnya adalah upaya menciptakan panglima-panglima perang yang handal. Para kepala daerah akan memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap etos kerja para prajuritnya di lahan tempur pemasaran. Dengan memanfaatkan segala kewenangan yang sudah diberikan, sungguh bukan pekerjaan yang terlalu sulit untuk memberikan ruang bagi para prajurit ekonomi kita memenangkan pertarungan melawan serbuan lawan. Tapi sayangnya, banyak kejadiannya justru terbalik, dengan dalih kebersihan, keindahan dan ketertiban, para prajurit harus gigit jari melihat produk-produknya cuma berkelas pinggiran.

Coba sesekali kita amati sebuah lokasi pasar kaget yang memanfaatkan momentum rutinitas car free day misalnya, di sana kita bisa melihat aneka ragam produk dijual, bahkan dagangan yang tidak sesuai dengan momentum pun mampu menciptakan pembeli sendiri yang sangat menguntungkan. Bayangkan jika seorang kepala daerah yang nota bene adalah panglima perang para prajurit ekonomi kita mampu mengelola potensi itu dengan sebaik-baiknya.

Seorang kepala daerah dapat dengan mudah menentukan lokasi-lokasi pasar kaget dengan jenis dagangan tertentu yang sesuai dengan karakter dan daya beli masyarakat disekitarnya. Mendorong produsen-produsen lokal untuk memberikan kemudahan bagi para prajurit itu dalam memasarkan produknya, bahkan bisa tidak terlalu sulit menghalangi dipajangnya produk-produk impor yang diprediksi dapat menghancurkan produk lokal.

Seorang kepala daerah dapat membuat aturan-aturan yang lebih fleksibel demi menyikapi meningkatnya adrenalin para prajurit ketika menghadapi pasar, misalnya dengan memberikan support penerangan, petugas kebersihan, keamanan dan promosi-promosi, hingga mengurangi kewajiban-kewajiban pungutan yang tidak perlu.

Seorang kepala daerah dapat juga dengan mudah mendorong para produsen kecil, menengah hingga besar untuk turut serta meramaikan pasar kaget yang diciptakan lewat menejemen terpadu.

Seorang kepala daerah bahkan bisa berbaur, bertempur bersama para prajurit untuk bersama-sama menarik calon pembeli.

 

------

Pilkada yang baru lalu melahirkan beberapa panglima muda yang memiliki gairah membangun sangat tinggi. Adalah sebuah harapan bagi kebanyakan masyarakat ekonomi kerakyatan agar mereka tidak dikotori oleh hiruk pikuk politik kekuasaan yang selama ini banyak menyita waktu dan energi untuk membangun.

Tidak bermaksud untuk lebay, tapi apalah daya kami para prajurit kecil yang hanya bersenjatakan tikar plastik dan tenda seadanya menghadapi para raksasa yang menyerbu dan membawa logistik sempurna, jika tidak ada peran panglima untuk melindungi dan memberikan ruang lebih.

Apalah artinya paku yang kami tusukkan di gambar para kepala daerah terpilih, jika setelah itu kami dilupakan?.

-------

Mulailah dari yang paling mudah dan sederhana, namun dari hasil pemikiran dan langkah strategis yang jitu.

Salam untuk para kepala daerah, kami tunggu aksi anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun