Dan jawabanku membuat dokter itu tersenyum sinis, betul-betul sinis, padahal aku tahu senyum yang biasa ia pamerkan ketika memintaku menemaninya memuja neraka adalah senyum lelaki bangsat yang sok keren.
"Ayaaaah....!! aku mau pulang aja, aku mulai benci dengan semua ini"
"Bersabarlah anakku, ingat... masih ada satria kecil yang butuh tawa dosamu bersama bangsat-bangsat itu"
Dan tangis itu semakin tak peduli ingin membasahi tanganku yang ada jauh di seberang sana, dan genggaman itu terasa erat mencakar relung hatiku yang mungkin tidak sesakit yang ia rasakan.
------
:moko 29.02.2012
Jika kau hanya mampu tersenyum pada pilihanmu sendiri, pergilah kau ke neraka wahai "Sang Dokter"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H