Mohon tunggu...
Muji Anto
Muji Anto Mohon Tunggu... -

Lahir di Kebumen, Jawa Tengah, suka baca, lagibelajar nulis.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dokter di Persimpangan

13 April 2012   01:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:41 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak profesi digeluti masyarakat kita, dari yang biasa sampai yang dinilai terhormat. Salah satu profesi yang dianggap terhormat adalah profesi dokter. Profesi ini mendapat tempat tersendiri dalam masyarakat. Ia menjadi tempat berkeluh kesah tentang penyakit yang dialami warga. Dengan keilmuannya dokter mampu mendiagnosa suatu penyakit untuk kemudian menentukan obat apa yang mesti diberikan untuk pasiennya.

Obat....adalah kata yang sederhana namun semua orang sepertinya pernah menyebutnya. Obat pula yang menyebabkan berdirinya perusahaan farmasi. Perusahaan-perusahaan farmasi saling berlomba menjual produknya. Mereka bersaing dengan berbagai cara, merayu para dokter agar mau memakai produknya. Idealnya mereka presentasi, menunjukan manfaat dan kelebihannya dari produk lain, baik dari segi harga maupun mutu dan kualitas. Tapi apa yang terjadi lebih dari sekedar beradu mutu dan kelebihan, tapi juga praktek - praktek yang menjurus ke suap nyaris sering terjadi. Itulah kenapa harga obat jadi cenderung mahal. Perusahaan farmasi harus memasukkan biaya tambahan untuk promosi / entertaiment ke dalam komponen produksi.

Disinilah peran dan kredibilitas dokter diuji. Obat adalah kata sederhana yang dapat menjerat para dokter harus memilih untuk menggunakan hati nurani atau nafsunya. Setiap hari seorang dokter akan dikunjungi sales - sales obat yang mempresentasikan produknya dan sekalian imbalannya. Luar biasa  cobaan  para dokter ini, tiap hari digempur dengan iming - iming yang menggiurkan. Obat ini menawarkan jalan - jalan ke Bali, obat itu menawarkan ke lombok. Dokter yang menggunakan hati nuraninya tidak akan terpengaruh dengan janji-janji, dia akan tetap obyektif dengan memberikan obat yang sesuai untuk pasien. Sedang dokter yang terpengaruh akan jadi beban pikirannya, " Ke Bali atau ke Lombok "

Para dokter ...waspadalah! jagalah hati jangan kau kotori, dunia ini fana dan yang kekal adalah kehidupan di akhirat nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun