Mohon tunggu...
Masluh Jamil
Masluh Jamil Mohon Tunggu... Lainnya - Satu diantara ribuan kompasianer

masluhj@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mencegah Tujuh Dosa Besar Citizen Journalism

26 Desember 2014   14:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:25 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mereka berdua ditemukan tewas oleh anak bungsu korban, Kezia Raturomon," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto. Dia menambahkan, polisi langsung melakukan penyelidikan untuk melacak si pembunduh serta motif pembunuhan itu.

Maka bisa diketahui 5W+1H tersebut:


  • Who => Jordan Raturomon dan Edward
  • What => pembunuhan
  • Where => Bogor
  • When => Rabu, 18 Juli 2012
  • Why => motif pembunuhan masih diselidiki
  • How => tewas tergeletak di kamar mandi, luka sayat di leher


Warga Biasa bukanlah Wartawan Profesional

Pada bab kesepuluh, dijelaskan secara lengkap perbedaan journalism dan sharism. Masuk ke dalam golongan manakah seorang wartawan media cetak atau seorang warga yang menerbitkan tulisannya didunia maya. Hal tersebut mulai dibahas pada halaman 145.

Lebih jelas, Pepih memberikan batasan bahwa "Citizen Journalism tidak dimaksudkan menjadikan warga biasa menjadi wartawan profesional yang dibayar oleh perusahaan media, semata-mata hadir untuk menyebarkan semangat berbagi (share) informasi sesuai minat dan bidang masing-masing orang. Dengan berbagi informasi, terjadi pertukaran pengetahuan dan pengalaman warga biasa yang tidak terbatas wilayah, ruang dan bahkan waktu."

Secara umum, buku kuning ini bagus untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat yang akan memulai menuliskan laporannya. Atau bisa juga untuk seseorang yang baru memulai belajar menulis maupun seorang yang sudah "piawai" dalam hal tulis menulis. Buku yang tidak terlalu tebal, sehingga tidak membuat seorang menjadi malas untuk membacanya.

Apalagi buku ini ditulis oleh seseorang yang sudah ikut membidani lahirnya blog keroyokan (Kompasiana.com), dan sudah terjun menjadi wartawan Kompas sejak tahun 1990.

***

Meskipun buku sudah terbit 2 tahun lalu. Namun baru 1 bulan lalu, tepatnya 22 Nopember 2014 kemarin saat Kompasianival, saya baru bisa menyentuhnya secara langsung dari sang penulis beserta tanda tangannya. Merasa menjadi hutang jikalau sudah selesai membaca namun belum belajar meresensi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun