Kami mampir sebentar ke rumah tempat menginap malam tadi, rumah Hj. Ramlah, Â untuk mengambil barang bawaan yang masih dititipkan di sana, dan setelah semuanya beres berkemas dan mengangkat barang bawaan masing-masing, kami segera ke kapal klotok untuk berangkat menuju pal 15 Tamban untuk pulang ke Martapura..Â
Kami pamit dengan tuan rumah  yang penuh haru melepas kami,  karena pertemuan keluarga yang  sangat singkat ini. Sekitar pukul 14.30 waktu setempat, pada Ahad, 3 Desember 2017 yang lalu,  kami pun berangkat dari Sungai Teras, Kapuas -Kalteng  menuju pal 15 Tamban , Barito Kuala-Kalsel,  karena mobil kami dititipkan  di sana. Hari cerah yang panas dan air sungai sedang surut,  tetapi kondisi alam ini tetap kami syukuri saat kapal klotok kami membelah air sungai  menuju pal 15 Tamban.
Kapal klotok yang kami tumpangi agak lambat jalannya, Â karena kondisi air sungai yang surut, melawan arus, dan tentunya jumlah penumpangnya juga bertambah banyak. Kondisi tersebut membuat laju perjalanan pulang ini tidak secepat saat kami datang kemarin.
Menikmati perjalanan pulang dengan laju kapal klotok yang lambat, Â memang menjadi sensasi tersendiri bagi kami, Â yang jarang atau bahkan belum pernah naik kapal klotok terbuka dalam perjalanan waktu yang relatif lama seperti ini. Â
Penulis duduk di dekat pengemudi, yaitu Sam'ani, sedangkan di belakang penulis ada Horman, sepupu penulis. Penulis dan Horman berbincang banyak tentang alam sekitar yang kami lewati, khususnya mengenai perkebunan kelapa sawit yang ada di kiri-kanan sungai yang kami lewati.
Kami berdua mulai menghitung satu per satu jembatan kecil yang melintang sungai yang kami lewati dengan kapal klotok ini. Sepanjang kurang lebih 15 km panjang sungai kecil ini, Â ada banyak jembatan kecil yang melintang. Jembatan-jembatan tersebut pada umumnya berfungsi sebagai sarana penyebrangan masyarakat setempat menuju rumah mereka, karena letak rumahnya di seberang sungai sedangkan jalan ada di seberangnya.
Perhitungan kami ini dibatasi dan khusus pada jembatan yang melintang dan  terdapat disepanjang sungai kecil yang kami lewati, sedangkan jembatan pada sungai yang besar dan kami lewati tidak dihitung jumlahnya.
 Dengan demikian, kami berdua sambil menikmati pemandangan alam,  juga menghitung jembatan yang melintang di sungai kecil yang kami lewati, sehingga perjalanan ini memberikan sensasi lain yang sangat kami nikmati.  Sambil berwisata, sambil menghitung jumlah jembatan