Mohon tunggu...
Mas Kusdiono
Mas Kusdiono Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjadi Diri Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik

Muktamar NU Kacau, Gimana Mau Urus Negara?

3 Agustus 2015   12:09 Diperbarui: 3 Agustus 2015   12:30 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muktamar NU yang ke-33 di Jombang Jawa Timur menimbulkan kekecewaaan di kalangan muktamirin maupun rakyat Indonesia.

Bahkan cucu pendiri NU Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) pun menyatakan kekecewaaannya.

Gus Solah melihat Muktamar NU yang berada di "ibu kota' NU justru memunculkan permainan politik uang dan kekacauan. Baca di sini.

Persoalan yang memunculkan kecauan itu munculnya sistem "Ahlul Halli wal Aqdi/AHWA" (musyawarah untuk mufakat) dalam pemilihan Rais Aam PBNU.

Padahal dalam AD/ART PBNU, pemilihan Rosi Am itu bukan berdasarkan Ahwa tapi pemilihan suara. Tentunya ini telah menyalahi AD/ART undang-undang di PBNU.

Anehnya lagi, kuatnya pengaruh PKB dalam muktamar NU ini sangat terlihat di mana sangat banyak spanduk PKB di arena Muktamar NU.

Memang harus diakui, Cak Imin mempunyai banyak jasa terhadap PBNU terutama dalam penggalangan dana. Untuk peserta muktamirin saja, atas jasa Cak Imin bisa naik Lion Air secara cuma-cuma, tentunya ini atas jasa cak Imin.

Cak Imin ingin menjaga hubungan baik PKB sebagai anak kandung NU dalam membawa NU menjadi kuat dalam perpolitik bangsa dan negara.

Di sisi lain, kekacauan muktamar NU menimbulkan tanya tanya terlebih lagi rakya. Bagaimana mau mengurus rakyat, kalau mengurus warganya saja sangat kacau.

Terbukti, untuk mengurus registrasi peserta muktamar saja sangat kacau dan menimbulkan kekacauan. Berbeda dengan saudara tuanya Muhammadiyah yang lebih rajin dan rapi.

Mungkin ada benarnya, NU yang tradisional masih menggunakan manajemen ala kadarnya sedangkan Muhammadiyah sudah menggunakan manajemen modern dan rapi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun