Selama tiga hari berturut-turut, ratusan perempuan yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara, berbagi pengalaman dalam satu kegiatan training untuk penguatan ekonomi produktif pedesaan di sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).
Menghadirkan motivator dari Pusat Informasi dan Pengembangan Bisnis (PINBIS) Indonesia, Maskur Abdullah, kegiatan yang digagas Ketua TP (Tim Penggerak) PKK Kabupaten Tapanuli Selatan Hj.Syaufia Lina Syahrul M.Pasaribu dan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD), M.Yusuf Nasution itu, dibagi dalam tiga zona.
Untuk setiap zona (setiap zona terdiri dari beberapa kecamatan dan desa), diikuti sekitar 150 orang, yang terdiri dari Ketua TP Kecamatan, Ketua Pokja (Kelompok Kerja), Ketua TP PKK Desa/Kelurahan dan Dasa Wisma desa binaan tahun 2020 dan anggota TP PKK Kabupaten Tapanuli Selatan.
Pelatihan hari pertama, Selasa (18/2/2020), dilaksanakan di Aula Desa Simaninggir, Kecamatan Sipirok. Pada hari kedua, Rabu (19/2/2020), dilaksanakan di Aula Kantor Camat Angkola Barat, dan selanjutnya hari ketiga, Kamis (20/2/2020), berlangsung di Balai Desa Pasar Lama, Kecamatan Batang Angkola. Setiap zona jumlah pesertanya mencapai sekitar 150 orang.
Seberapa pentingkah motivasi kewirausahaan ini bagi kaum perempuan?
Kepala Dinas PMD Kabupaten Tapanuli Selatan, M.Yusuf Nasution, mewakili Bupati Tapanuli Selatan, ketika membuka kegiatan ini mengatakan, training motivasi itu sangat penting dalam upaya mendorong kaum perempuan pedesaan untuk membangun dan mengembangkan ekonomi produktif.
Kata M.Yusuf, potensi ekonomi yang ada di desa sebenarnya sudah cukup layak dikembangkan ke pasar yang lebih luas. Hanya saja, penanganannya harus serius, dan harus dibangun kesadaran kewirausahaan kepada kaum perempuan pedesaan melalui TP PKK.
"Untuk itu ibu-ibu diundang untuk mengikuti pelatihan ini agar terbuka wawasannya. Untuk melihat sesuatu yang kita anggap biasa, menjadi luar biasa, bila dikembangkan dengan pendekatan ekonomi produktif," lanjut M.Yusuf Nasution.
M.Yusuf berharap, kegiatan training itu mampu meningkatkan votivasi para peserta untuk lebih banyak berperan dalam kewirausahaan, baik untuk usaha perorangan, usaha kelompok mau pun untuk mendorong peningkatan kinerja Bumdes (Badan Usaha Milik Desa) yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan.
"Kegiatan pelatihan ini sangat penting untuk membuka wawasan, dan membuka mindset atau cara berpikir kaum perempuan yang tergabung dalam TP PKK, dengan cara pandang wirausaha," kata Ketua TP PKK Kabupaten Tapanuli Selatan, Hj.Syaufia Syahrul M.Pasaribu, ketika memulai kegiatan.
Istri Syahrul M.Pasaribu, Bupati Tapanuli Selatan ini mengatakan, sebenarnya cukup besar potensi  yang ada di pedesaan. Hanya saja, kata dia, selama ini masih kurang disentuh dengan sentuhan ekonomi, karena kurangnya motivasi. Untuk itu dia berharap, kegiatan training motivasi kali ini mampu meningkatkan semangat dan motivasi para peserta untuk mengembangkan potensi yang ada di desa masing-masing.
Syaufia memberi contoh beberapa produk lokal yang sebenarnya cukup potensial bila dikembangkan. Sebagai contoh, kopi, gula aren, salak dan produk dari bahan baku salak, kuliner khas daerah, penganan (snack) khas daerah, produk kerajinan tangan, dan banyak produk lainnya.
"Sayangnya selama ini dipandang hanya sekedarnya saja, belum disiapkan untuk pasar yang lebih luas. Untuk itu saya ingin ibu-ibu semua, setelah pelatihan ini, memiliki motivasi untuk memulai wirausaha, apa pun jenis usahanya tidak jadi masalah. Yang penting sudah memulai. Ibu-ibu sebagai Tim Penggerak PKK di kecamatan dan desa harus bisa menjadi contoh untuk masyarakat," lanjut Syaufia, wanita yang rajin mengunjungi pelosok desa ini.
Sementara itu, Kabupaten Tapanuli Selatan, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2017, berdasarkan hasil estimasi penduduk pertengahan tahun 2017, berpenduduk 278.587 jiwa, yang terdiri dari 138.486 jiwa penduduk laki-laki dan 140.101 jiwa penduduk perempuan.
Dari  jumlah itu, usaha mikro (home industry) mencapai sekitar 1.087 usaha, yang mampu menampung tenaga kerja 1.381 orang. Sedangkan usaha kecil mencapai 72 usaha dengan tenaga kerja 510 orang. Namun data ini belum merinci, berapa jumlah pengusaha mikro dan kecil dari kalangan perempuan.
Pada training motivasi untuk penguatan dan pengembangan ekonomi produktif kaum perempuan pedesaan, trainer banyak memberikan contoh, produk-produk lokal yang memungkinkan untuk dikembangkan dan dipasarkan secara lebih luas. Trainer bahkan memberi contoh testimoni, tentang para wanita yang berhasil sukses dalam bisnisnya, hanya dengan mengandalkan produk-produk yang sederhana.
"Jadi produk yang kita anggap biasa, bila ditangani secara tidak biasa, maka akan menjadi produk yang luar biasa dan diburu banyak konsumen. Bila ingin berubah, maka kita harus melakukan cara-cara yang tidak biasa, out of the box."
Trainer memperlihatkan contoh produk yang selama ini dianggap biasa, seperti kripik singkong, pisang goreng, tempe, tahu, kopi, produk kerajinan, produk budidaya dan produk lainnya, yang bila dikelola dengan sentuhan bisnis yang kreatif dan inovatif, maka akan menjadi bisnis yang besar.
Bahkan ada seorang pengusaha keripik singkong yang penjualannya bisa mencapai omset miliaran rupiah setiap bulannya. Padahal jenis produk-produk seperti itu selama ini memang sudah ada di desa, yang selama ini cenderung disepelekan.
Trainer berulang kali mengingatkan para peserta untuk memanfaatkan perangkat komunikasi yang dimiliki, yakni hand phone jenis android atau tablet, untuk kepentingan bisnis. "Gunakan perangkat yang ibu-ibu miliki sekarang ini untuk jualan produk melalui online. Ada banyak potensi pasar bila kita melakukan penjualan lewat online. Pasarnya terbuka lebih luas, tanpa batas dan waktu."
"Saya kepingin memulai usaha, tapi saya belum punya modal. Modal yang saya butuhkan 10 juta rupiah," kata seorang peserta kepada trainer.
Trainer tidak memberi jawaban terkait pernyataan peserta itu, tapi kemudian menampilkan contoh dua orang wanita yang sukses menjadi pengusaha, dengan omset ratusan juta dan miliaran. Kedua wanita pengusaha sukses itu memulai bisnisnya hanya dengan modal Rp150 Ribu dan yang satunya bermodal Rp500 Ribu.
"Jadi ibu-ibu, mulailah dengan modal yang ada sekarang, gak usah nunggu modal cukup, karena modal memang tidak pernah cukup bagi kita. Kalau sekarang hanya ada 200 ribu, 300 ribu, 500 ribu atau 1 juta, maka mulailah bisnis ibu dengan modal yang ada itu," kata trainer memotivasi peserta.
Di penghujung sesi, ketika trainer kembali menanyakan, kapan peserta akan memulai membangun atau mengembangkan bisnisnya, serta merta mendapat jawaban serentak dari pengusaha; "besok." Ketika ditanya lagi, apakah perlu modal yang cukup sampai 10 juta? Serentak dijawab; "Tidak.., tapi cukup dengan modal yang ada sekarang,"
Dari kegiatan ini tentu semua pihak berharap, terutama Kepala Dinas PMD Tapanuli Selatan, M.Yusuf Nasution dan Ketua TP PKK Tapanuli Selatan, Hj.Syaufia Syahrul M.Pasaribu, bahwa kaum perempuan yang tergabung dalam TP PKK Kecamatan dan desa/kelurahan, dapat segera memberi contoh bagi masyarakat, mulai membangun usaha di desanya masing-masing.Â
Bila TP PKK bisa menunjukkan keberadaannya dalam sektor ekonomi produktif, maka keberhasilan itu diharapkan akan ditiru pula oleh masyarakat yang lain, dan tentu akan mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Semoga. (**)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H