Istri Syahrul M.Pasaribu, Bupati Tapanuli Selatan ini mengatakan, sebenarnya cukup besar potensi  yang ada di pedesaan. Hanya saja, kata dia, selama ini masih kurang disentuh dengan sentuhan ekonomi, karena kurangnya motivasi. Untuk itu dia berharap, kegiatan training motivasi kali ini mampu meningkatkan semangat dan motivasi para peserta untuk mengembangkan potensi yang ada di desa masing-masing.
Syaufia memberi contoh beberapa produk lokal yang sebenarnya cukup potensial bila dikembangkan. Sebagai contoh, kopi, gula aren, salak dan produk dari bahan baku salak, kuliner khas daerah, penganan (snack) khas daerah, produk kerajinan tangan, dan banyak produk lainnya.
"Sayangnya selama ini dipandang hanya sekedarnya saja, belum disiapkan untuk pasar yang lebih luas. Untuk itu saya ingin ibu-ibu semua, setelah pelatihan ini, memiliki motivasi untuk memulai wirausaha, apa pun jenis usahanya tidak jadi masalah. Yang penting sudah memulai. Ibu-ibu sebagai Tim Penggerak PKK di kecamatan dan desa harus bisa menjadi contoh untuk masyarakat," lanjut Syaufia, wanita yang rajin mengunjungi pelosok desa ini.
Sementara itu, Kabupaten Tapanuli Selatan, berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2017, berdasarkan hasil estimasi penduduk pertengahan tahun 2017, berpenduduk 278.587 jiwa, yang terdiri dari 138.486 jiwa penduduk laki-laki dan 140.101 jiwa penduduk perempuan.
Dari  jumlah itu, usaha mikro (home industry) mencapai sekitar 1.087 usaha, yang mampu menampung tenaga kerja 1.381 orang. Sedangkan usaha kecil mencapai 72 usaha dengan tenaga kerja 510 orang. Namun data ini belum merinci, berapa jumlah pengusaha mikro dan kecil dari kalangan perempuan.
Pada training motivasi untuk penguatan dan pengembangan ekonomi produktif kaum perempuan pedesaan, trainer banyak memberikan contoh, produk-produk lokal yang memungkinkan untuk dikembangkan dan dipasarkan secara lebih luas. Trainer bahkan memberi contoh testimoni, tentang para wanita yang berhasil sukses dalam bisnisnya, hanya dengan mengandalkan produk-produk yang sederhana.
"Jadi produk yang kita anggap biasa, bila ditangani secara tidak biasa, maka akan menjadi produk yang luar biasa dan diburu banyak konsumen. Bila ingin berubah, maka kita harus melakukan cara-cara yang tidak biasa, out of the box."
Trainer memperlihatkan contoh produk yang selama ini dianggap biasa, seperti kripik singkong, pisang goreng, tempe, tahu, kopi, produk kerajinan, produk budidaya dan produk lainnya, yang bila dikelola dengan sentuhan bisnis yang kreatif dan inovatif, maka akan menjadi bisnis yang besar.
Bahkan ada seorang pengusaha keripik singkong yang penjualannya bisa mencapai omset miliaran rupiah setiap bulannya. Padahal jenis produk-produk seperti itu selama ini memang sudah ada di desa, yang selama ini cenderung disepelekan.
Trainer berulang kali mengingatkan para peserta untuk memanfaatkan perangkat komunikasi yang dimiliki, yakni hand phone jenis android atau tablet, untuk kepentingan bisnis. "Gunakan perangkat yang ibu-ibu miliki sekarang ini untuk jualan produk melalui online. Ada banyak potensi pasar bila kita melakukan penjualan lewat online. Pasarnya terbuka lebih luas, tanpa batas dan waktu."