Singkatnya, di lapangan ketika penertiban dilakukan oleh petugas gabungan di kawasan Kecamatan Medan Tuntungan, terjadi konflik aksi lempar batu dan berujung anarkis. Penulis terjebak dalam situasi di antara kerumunan warga yang kontra dengan petugas.
Penulis bahkan sempat diinterogasi warga karena membawa camera digital poket sebagai salah satu sarana jurnalistik. Penulis dicurigai sebagai intelijen dari pihak petugas. "Saya dari MedanBisnis, opung!". Jawab penulis kepada warga yang bertanya. Warga lalu balik bertanya, apa itu MedanBisnis. Warga mengira itu LSM atau lembaga konsultan.
Setelah dijelaskan dan kebetulan penulis juga bersama seorang wartawan media lokal bersuku Karo bermarga Ginting, masyarakat menjadi paham. Ginting saat itu membantu menjelaskan bahwa kehadiran kami hanya untuk meliput situasi jalannya penertiban berlangsung. Bantuan itu berbuah hasil positif, karena teman wartawan yang mampu berbahasa daerah membuat penulis dipercaya warga.
Lain lagi, ketika penulis, mendapat tugas untuk meliput progres pembangunan Bandara Kualanamu yang beroperasi sekitar tahun 2012. Saat itu, sebelum resmi beroperasi di pertengahan tahun 2013, jalan ke Kualanamu masih sulit diakses. Perjalanan ke Kualanamu saat itu harus mengantri, karena masih sekitar seperempat jalan yang beroperasi. Ya, sebagian akses jalan lainnya masih diblokir warga akibat permasalahan ganti rugi.
Penulis saat itu harus mengakses jalan melalui jalan lintas Tanjung Morawa menuju Kota Lubukpakam. Dari pusat kota, menuju Kualanamu melalui pintu belakang di Kecamatan Beringin, Lubukpakam. Akses jalan cukup jauh.Saat itu penulis menggunakan sepeda motor bersama photografer Dedi Ginting. (Dedi kini sudah bertugas di Kompas TV).
Dalam perjalanan, penulis masih banyak menemukan blokade warga sekitar terhadap truk muatan proyek yang dinilai mengganggu dan merusak jalan.Penulis tidak kesulitan menemui penanggungjawab proyek Bandara Kualanamu saat itu, yakni Wisnu Budi Setianto. Wisnu merupakan pegawai PT AP 2 yang mendapat tugas sebagai penanggungjawab proyek. Penulis hanya cukup mengenalkan diri sendiri karena MedanBisnis cukup dikenal di kalangan menengah atas.
Saat itu proses interview dan pengumpulan data berlangsung lancar. Selama sepekan lebih, MedanBisnis selalu menampilkan berita mengenai progres Kualanamu dalam headline utama depan ketika itu.Hingga sampai proses pemindahan secara detil Bandara Polonia yang lama terletak di Lanud Soewondo Medan ke Kualanamu pada tahun 2013 silam.
Penulis saat itu mendapat tugas mengikuti berbagai tahapan pemindahan bandara. Bersama rekan wartawan lain, penulis berangkat ke Bandara Polonia tanpa membawa kendaraan mulai pukul 21.00 WIB.Wara-wiri sembari memperhatikan dan memotret proses pemindahan.
Petugas mulai melakukan pemindahan fisik seperti meja dan lain-lain menggunakan angkutan darat. Sedangkan hal yang bersifat penting seperti perangkat server komputer maskapai, diangkut menggunakan pesawat. Saat itu, navigasi Polonia dan Kualanamu serta server maspakai tidak boleh padam sama sekali. Secara teknis, perangkat di Kualanamu harus terpasang dan terkoneksi lebih dulu sebelum Polonia "dipadamkan".
Meskipun rangkaian proses itu dilakukan di saat penerbangan terakhir. Penulis saat itu bersama seluruh staf maskapai serta Menteri BUMN, Dahlan Iskan, didampingi direksi PT AP 2 yang saat itu turut serta mengawasi langsung di lapangan.
Penulis ikut bersama rombongan, menumpang pesawat gratis.Hanya butuh waktu 15 menit terbang menggunakan pesawat dari Polonia ke Kualanamu. Jika melalui jalur darat dengan situasi lalulintas tidak terlalu macet butuh waktu sekitar 90 menit. Saat itu, MedanBisnis sudah dikenal di bandara dan maskapai.