Mohon tunggu...
Maskur Abdullah
Maskur Abdullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Trainer

Jurnalis dan trainer, tinggal di Medan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Hanya 30% Partisipasi di Pemilukada Medan

13 Desember 2015   09:54 Diperbarui: 13 Desember 2015   19:42 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup memprihatinkan, jumlah warga kota Medan, yang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada 9 Desember 2015 kemarin, hanya mencapai 30 persen. Itu artinya, calon walikota terpilih, hanya memperoleh legitimasi suara kurang dari 30 persen, dari sekitar 2 juta pemilih terdaftar.

[caption caption="Proses perhitungan suara di salah satu TPS di Medan"][/caption]

Tentu warga kota Medan, yang enggan menggunakan hak pilihnya, bukan merupakan pihak yang bisa dipersalahkan. Ada ketidak-percayaan masyarakat terhadap calon pemimpinnya. Mereka berfikir, siapa pun yang akan memimpin kota Medan, akan tetap sama, terjerat kasus korupsi dan masuk penjara.

“Tahun lalu saya ikut memilih dan nyatanya orang yang saya pilih tersangkut korupsi. Jadi sama saja. Daripada saya kecewa, lebih baik gak usah milih,” ujar Muksin, salah seorang warga Medan.

Berbeda dengan pengakuan Yap Juk Lim. Tokoh masyarakat Tinghoa di Medan ini mengatakan, banyak warga yang tidak memperoleh surat undangan memilih, sehingga mereka enggan datang ke TPS TPS. “Kalau pun datang undangan, waktunya mepet, hanya sehari sebelum Pemilukada. Saat itu calon pemilih yang berfikir tidak memperoleh undangan memilih, sudah berada di luar kota,” ujar Juk Lim.

[caption caption="Lapangan basket Jalan Metal Medan, ada sekitar 3 TPS yang bersebelahan, dan semuanya kelihatan sepi pemilih"]

[/caption]

Tapi secara umum, mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya mengaku apatis dengan calon pemimpinnya. Pasalnya, dua walikota Medan sebelumnya, tersangkut kasus korupsi dan masuk bui. Tentu kejadian ini cukup memberi pengaruh kepada calon pemilih. “Nanti sama saja, udah terpilih korupsi pula dia. Lebih baik saya tidak memilih,” ujar Fachriz Tanjung, seorang warga kawasan Teladan Medan.

Sepanjang hari Rabu, 9 Desember 2015, penulis mengunjungi sekitar 10 TPS (Tempat Pemungutan Suara), yang tersebar di kota Medan. Sejak TPS dibuka panitia pada pagi hari, hingga menjelang penutupan pada siang hari, hampir tidak pernah terlihat adanya antrian pemilih di TPS. Kursi yang disediakan panitia untuk calon pemilih yang mengantri, malah kelihatan kosong. Calon pemilih datang satu – persatu dan bisa langsung menuju bilik suara begitu mendapatkan kertas suara dari panitia.

[caption caption="Kursi untuk pemilih yang mengantri, kelihatan kosong. Jumlah pemilih di TPS TPS di Medan sangat minim"]

[/caption]

“Ya sejak pagi hari begini-begini aja, sepi. Ini sekarang sudah pukul 12:00 Wib, tapi jumlah orang yang sudah mencoblos paling hanya 20 persen, baru sekitar 186 orang. Padahal jumlah pemilih yang terdaftar ada sekitar 750 orang,” ujar Haryanto, petugas TPS di kawasan Jalan Metal Medan.

Puncaknya, ketika perhitungan suara, seperti telah diduga sebelumnya, jumlah kertas suara yang dicoblos hanya sekitar 20 – 30 persen dari yang seharusnya. Itu artinya, jumlah pemilih yang datang untuk mencoblos atau menggunakan hak suaranya benar-benar sangat minim. “Kalau di TPS ini tidak sampai 20 persen,” kata seorang petugas TPS di daerah Mabar, Medan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun