Proses ini melibatkan pemilihan dan penyesuaian peran yang sesuai dengan nilai dan keinginan mereka. Perkembangan identitas juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman hidup, seperti tantangan, kegagalan, dan keberhasilan, yang membantu membentuk persepsi diri.
Selain itu, konsolidasi identitas merupakan tahap di mana remaja mulai memadukan pengalaman dan informasi yang diperoleh selama eksplorasi dan penentuan peran.Â
Mereka mulai mengembangkan kohesi identitas, yaitu perasaan yang stabil dan konsisten tentang siapa mereka. Hal ini dapat mencakup penerimaan diri, penentuan tujuan hidup, dan integrasi berbagai aspek identitas mereka.
Perkembangan identitas juga sangat dipengaruhi oleh interaksi sosial. Hubungan dengan teman sebaya, keluarga, dan masyarakat berperan penting dalam membentuk identitas remaja.Â
Proses ini dapat melibatkan konflik identitas, ketidakpastian, dan ekspektasi sosial yang dapat memengaruhi perkembangan identitas.
Selama periode ini, perkembangan kognitif juga berperan, karena remaja mampu melakukan pemikiran abstrak dan refleksi diri yang lebih kompleks.Â
Ini memungkinkan mereka untuk merenungkan nilai-nilai, tujuan, dan identitas mereka dengan cara yang lebih mendalam.
Dalam keseluruhan, perkembangan identitas pada remaja usia 13-25 tahun adalah proses dinamis yang melibatkan eksplorasi, penentuan peran, konsolidasi identitas, dan pengaruh dari interaksi sosial dan perkembangan kognitif.Â
Hal ini merupakan bagian integral dari perjalanan menuju kedewasaan dan membentuk dasar bagi perkembangan pribadi yang lebih lanjut.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H