Mohon tunggu...
Khairul Umam
Khairul Umam Mohon Tunggu... -

Penulis, Aktivis dan Ketua HIMMA (Harokah Intelektualitas Mahasiswa Madura) 2017-2018.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Harus Menjadi Jomblo?

25 November 2017   12:07 Diperbarui: 25 November 2017   14:17 578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada zaman sekarang, menjadi jomblo sepertinya terkesan sangat hina dan menyedihkan. Apalagi didukung dengan beberapa status dimedia sosial yang semua itu menggambarkan tentang kekecewaan, kesedihan, kegalauan, keresahan dan sejenisnya, yang demikian itu menunjukkan betapa teramat lemah dan sedihnya menjadi seorang jomblo. Padahal esensinya, jomblo itu indah dan merupakan amanah istimewa pemberian Tuhan. Dan yang penting, kita tidak memandang sebelah mata akan perkara jomblo.

Ketika banyaknya status-status tak sehat dimedia sosial itu mulai beroperasi untuk mempengaruhi otak-otak manusia, maka akhirnya secara otomatis kita akan merasa takut sendiri dan mulai tumbuh benih-benih kebimbangan, kekhawatiran, kegelisahan dan semacamnya. Kemudian, jika didunia nyata masih ada yang berasumi bahwa menjadi jomblo itu sama halnya menelan duka, sehingga tak sedikit yang kita temukan para jomblo yang selalu merana, terutama pada malam minggu tiba. Semua itu karena efek pandangan yang salah terkait perihal jomblo. Sementara anggapan tersebut sudah jelas-jelas keliru.

Sekarang. Mari kita renungkan sejenak, lalu pikirkan dengan jernih. Mengapa kita harus menjadi jomblo? Sungguh, ini sebuah pertanyaan yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Baik, langsung saja kita telaah lebih dalam lagi. Menjadi jomblo itu keren dan tidak salah. Mengapa demikian? Karena lebih baik menjadi jomblo dari pada berpacaran atau ta'arufan tetapi lupa akan Tuhan. Apalagi suatu hubungan yang tidak sehat, sebaiknya kita segera bertindak untuk lekas menyudahinya agar tidak terjerumus ke lembah kehinaan dan kembali menjadi jomblo. Selagi hubungan dengan Tuhan tidak terputus, maka tidak perlu sedih meratapi status jomblo.

Setelah kita resmi menjadi seorang jomblo, berarti kita telah memasuki arena yang aman. Baik aman dari kekangan orang lain, cemburu, dicuekin, bahkan dari sebuah sikap dan tutur kata yang nantinya dapat menimbulkan sakit hati. Oleh karenanya, pada saat jomblo, buka mata hati kita selebar-lebarnya untuk menatap nikmat Tuhan, lalu bersiap-siap memantaskan diri, membenahi menjadi pribadi yang lebih baik dan berkualitas dari hari-hari sebelumnya. Kemudian konsentrasilah menyunting masa depan. Seakan-akan kita tak pernah peduli terhadap cemoohan dan makian orang lain. Biarlah mereka mengolok-olok terlebih dahulu, sebelum kita menunjukkan kepada dunia bahwa sejatinya jomblo itu tak sehina dan selemah yang mereka bayangkan. Dengan penuh keyakinan dan tekad yang kuat, mari tak usah khawatir menjadi seorang jomblo.

Penulis : K. Umam Alhidayah


Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun