Sudah sering kita mendapat informasi bahwa Prabowo menyiratkan bahwa beliau akan meneruskan program-program Kabinet Indonesia Maju. Prabowo juga tanpa segan-segan memuji JokoWi, bahkan dengan menyebut sebagai guru politik.Â
Keberhasilan JokoWi memenangkan Pilpres 2 kali berturut-turut menjadikan Prabowo yakin bahwa untuk memenangkan Pilpres Prabowo harus banyak belajar dari JokoWi. Prabowo bahkan setelah mendapat dukungan dari Golkar dan PAN sehingga koalisi parpol pendukung Capres Prabowo sudah bagai Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo.Â
Sekedar untuk tambahan informasi, koalisi pendukung Capres Prabowo disebut koalisi gemuk, karena banyak partai-partai yang mendukung Capres Prabowo, setelah dukungan Golkar dan PAN.Â
Ada pun sebutan sebagai Koalisi Damarwulan, karena dengan bergabungnya Prabowo dari oposisi setelah Pilpres 2019 menjadi anggota Kabinet Indonesia Maju, menyiratkan bahwa Prabowo sudah mentransformasi diri dari posisi sebagai Ken Arok menjadi Damarwulan. Posisi Damarwulan bukan selalu sebagai petugas partai, tetapi dapat juga sebagai panglima yang taat dan patuh kepada Presiden.Â
Munculnya dukungan Golkar dan PAN pada KKIR yang mendukung Prabowo sebagai Capres, membuat koalisi lain terhenyak. KKIR yang mendukung Prabowo sebagai Capres telah muncul sebagai Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo.
Tetapi bukan saja koalisi lain yang terkejut, bahkan Parbowo sendiri mungkin juga tidak menyangka KKIR yang sudah setahun lebih, tiba-tiba mendapat tambahan kekuatan yang luar biasa besar dan kuat dari Golkar dan PAN.Â
Elit PDIP bahkan sempat memunculkan wacana duet Ganjar Anies untuk mengantisipasi kekuatan Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo. Walau pun wacana duet Ganjar Anies terlebut boleh dikatakan layu sebelum berkembang. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa Prabowo sudah mampu membentuk Koalisi Gemuk Damarwulan.Â
Prabowo bahkan dengan penuh keyakinan, karena menganggap dirinya sebagai penerus Kabinet Indonesia Maju, sampai-sampai mengganti nama koalisi dengan KIM.Â
Qadarullah, pada saat keyakinan Prabowo sudah sampai di puncak ubun-ubun untuk memenangkan Pilpres 2024, dengan mengganti nama Koalisi Gemuk Damarwulan Prabowo menjadi KIM, sebagai penerus Kabinet Indonesia Maju, tidak lama setelah itu, terjadi gempa politik di tingkat nasional, dengan munculnya AMIN.Â
Tanpa disadari Prabowo, tiba-tiba Cak Imin, yang merupakan Ketua Umum PKB, yang menjadi titik awal Prabowo merasa dapat mencalonkan diri menjadi presiden pada Pilpres 2024 nanti, yang dianggap Prabowo dapat mendorong gerbong Nadhiyin, agar Prabowo dapat memenangkan Pilpres nanti, pindah ke lain hati dengan bergabung dengan KPP.
Cak Imin bersama Anies memunculkan AMIN, yang lalu menimbulkan gepa politik yang menggoncang berbagai lini di seantero negeri. Demokrat hengkang dari KPP. Koalisi PDIP seperti tidak ingin menunjukkan kalau terpengaruh gempa politik, tetapi kemudian membentuk Tim Pemenangan. Bahkan setelah itu, sampai muncul Ganjar azan di salah satu stasiun tv dari anggota Tim Pemenangan.Â
Beda Ganjar beda pula Prabowo.
Prabowo pun sibuk mencari solusi untuk menutup jurang yang muncul dari hilangnya peluang lumbung suara hijau dari  Nadhiyin di Jatim. Prabowo bahkan mencoba membuat fluoresen hijau  dengan memunculkan Koalisi Damarwulan Prabowo sebagai Poros Tengah.Â
Tidak lama kemudian muncul pula pertimbangan bahwa Kabinet Indonesia diharapkan dapat berkelanjutan. Hal tersebut bukannya menjadikan poros Prabowo semakin kuat, walau pun kemudian Demokrat sudah merapat ke Prabowo. Bisa jadi karena peran dan fungsi Demokrat tidak dapat langsung menjadi susbtitusi peran dan fungsi PKB di Koalisi Damarwulan Prabowo.Â
Tanpa Prabowo sadari juga dengan mencoab spekulasi sebagai poros tengah, yang tadinya diharapkan dapat menjadikan ketenangan dan kenyamanan Prabowo untuk masih dapat mendapat dukungan hijau, tetapi justru hal itu bisa jadi menjauhkan persepsi publik bahwa Prabowo merupakan penerus Kabinet Indonesia Maju.Â
Dalam situasi yang masih sangat rumit tersebut, apalagi desakan kalangan partai pendukung tentang Cawapres yang juga belum diputuskan Prabowo, karena mungkin saja Prabowo masih menunggu keputusan tentang batas usia Capres-Cawapres di MK. Maka sinyal-sinyal yang sering dimunculkan Prabowo bahwa Prabowo adalah penerus Kabinet Indonesia Maju tidak lagi bergaung.
Dalam perjalanan Prabowo bersama Presiden JokoWi juga tidak lagi menunjukkan bahwa Prabowo masih pede menjadi penerus Kabinet Indonesia Maju, seperti pada situasi dan kondisi pada peristiwa-peristiwa saat Prabowo bersama Presiden JokoWi.Â
Apakah Prabowo bukan lagi penerus Kabinet Indonesia Maju?
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H