Papua tiba-tiba bergolak. Dinamika di Papua begitu cepat meningkat. Papua memang jauh di ujung Timur Indonesia, namun dinamikanya sungguh terasa sampai ke Jakarta.Â
Mengingat sudah mulai ada pula media asing yang memberitakan tentang situasi Papua yang memanas, maka dikhawatirkan dinamika Papua akan berlangsung lama dan bahkan mungkin memuncak ke luar jalur kendali, jika tidak dikelola dengan baik.Â
Tentu saja kita semua tidak mengharapkan dinamika Papua akan berlanjut. Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, bahkan mengatakan Prabowo berharap semua elit politik untuk bersatu, bantu Presiden JokoWi dalam mengatasi situasi Papua. Â
Lebih lanjut, Prabowo berharap rakyat Papua dapat diyakinkan bahwa dengan tetap bersama NKRI, akan mempunyai masa depan yang lebih baik.Â
Namun Wiranto enggan menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah secara terbuka. Masyarakat diharapkan memberikan kepercayaan kepada Pemerintah untuk menangani dinamika Papua.
Namun menurut pengamat intelejen dan terorisme, Harits Abu Ulya, Pemerintah seharusnya dapat segera membentuk Pusat Krisis di Papua.  Hal tersebut, menurut Harits, karena sudah ada media asing yang secara kilat mengekspose berita tentang dinamika Papua.Â
Terlebih lagi, lebih lanjut Harits menjelaskan kemungkinan adanya opini opini yang akan dibangun oleh OPM serta lobi-lobi internasional menjelang Sidang PBB. Dengan adanya Pusat Krisis, diharapkan dapat mengelola dinamika Papua menuju penyelesaian yang lebih cepat, adil dan damai. Â
Namun apakah dinamika Papua kali ini, hanya merupakan riak-riak yang muncul karena ketidakdilan semata ? Apa yang akan terjadi ke depan, dapat menjadi perhatian kita semua, tentang dinamika Papua di masa depan.Â
Pengalaman dinamika Timor Leste bisa dijadikan contoh, bahwa dinamika di setiap wilayah Indonesia, termasuk Papua tentunya, dapat menimbulkan ancaman terhadap keutuhan NKRI. Rentang kendali yang jauh, intervensi asing, boleh jadi akan memperkeruh suasana dan memperbesar ekskhalasi dinamika Papua.
Lalu apa hubungannya dinamika Papua dengan pindah ibukota ?
Salah satu faktor mengapa gagasan pindah ibukota selalu kandas dan masuk kotak adalah pada ibukota baru, rentang kendali terlalu jauh, dari hegemoni Majapahit. Simbol-simbol Majapahit, seperti Bhineka Tunggal Ika itu begitu merasuk sukma, karena hegemoni Majapahit masih berpengaruh secara signifikan jika Ibukota tidak jadi pindah.Â
Bagaimana pendapat anda ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H