Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pak Jokowi dan Pak Prabowo Perlu Repositioning!

2 Maret 2019   06:41 Diperbarui: 2 Maret 2019   06:55 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa kampanye Pilpres tinggal 45 hari lagi. Baik Pak JokoWi mau pun Pak Prabowo sudah tidak punya banyak waktu lagi. Waktu terus berjalan dan masing masing paslon akan terus berusaha keras untuk dapat memenangkan pesta demokrasi Pilpres, yang akan berakhir pada hari pencoblosan tanggal 17 April 2019.

Apa itu repositioning ? Mengapa harus melakukan repositioning ?

Berikut gambaran sederhana tentang repositioning.

~~

Jauh sebelum menerima poin poin matriks BCG, ketika mendapat beasiswa Pemda untuk memperoleh gelar magister, telah berkembang pemikiran tentang pola mawas diri, introspeksi diri, muhasabah. Teringat pada saat menjelang selesai kuliah sempat membeli buku karangan AlGhazali, yang didalamnya ada anjuran untuk melakukan muhasabah. 

Bukan suatu hal yang mudah untuk melakukan muhasabah. Namun paling tidak, dengan muhasabah, dapat membantu untuk ke luar dari kesibukan sehar-hari, yang kadang sangat menyita waktu, sehingga tidak sempat memikirkan hal yang jauh lebih bermakna dari pada sekedar menjalani rutinitas tuntutan kerja.

Pada saat masuk kerja menjadi PNS dengan ijasah S1, di sebuah kantor yang konon kata orang prestisius saat itu, sebagai mantan guru, maka yang bisa dikerjakan adalah mengamati situasi dan lingkungan kerja, serta mengerjakan dengan cepat, perintah dari Bos. 

Pada jaman Orba, saat baru masuk kerja,  tidak ada peluang untuk dapat langsung berinteraksi dengan Big Bos. namun ada Bos dari ruangan lain yang sering memperhatikan, karena kebetulan berasal dari Jogja dan tentu saja alumni Yujiem.

Tanpa disadari, secara perlahan dibina dan ditarik menjadi staf Bos MIPA. Mulailah mendapat arahan secara berkelompok untuk mengerjakan suatu pekerjaan di luar SOP kantor. Bos sering mendapat memo khusus dari pimpinan daerah untuk menyiapkan bahan presentasi, secar langsung, tidak melalui jalur administrasi birokrasi yang biasa. 

Dari bekerja masing-masing dalam  kelompok kemudian meningkat menjadi membuat rangkuman, sampai akhirnya mendampingi finishing suatu bahan yang sering mempunyai dead line mendadak.     

Hal tersebut kemudian berkembang menjadi suatu kesibukan luar biasa, karena diikutkan dalam sekretariat kerjasama IMT_GT. Termasuk menginisiasi terbentuknya dinas daerah yang dapat menangani peningkatan SDM. Pada masa-masa itulah interaksi dengan Big Bos baru terjalin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun