Baru baru ini muncul isu larangan azan yang akan dilakukan oleh Pak JokoWi, jika menang Pilpres. Bahkan Pak JokoWi sempat memberikan komentar keras tentang hal itu. Pak JokoWi merasa perlu memberikan bantahan dan menyatakan itu berita hoaks.
Namun bantahan terhadap isu larangan azan itu tidak perlu dibesar-besarkan. Apalagi kalau nanti bantahan isu larangan azan itu menyasar ke mana mana. Khawatirnya bantahan isu larangan azan ini akan mengalami momen inersia kelembaman yang membalik kepada Pak JokoWi, seperti halnya pada pernyataan "Propaganda Rusia".
Isu larangan azan jika Pak JokoWi menang Pilpres memang terkesan aneh dan jika tidak terdapat fakta pendukung akan dengan mudah dianggap sebagai kampanye hitam. Â Kampanye hitam akan sangat merugikan paslon, baik bagi paslon 01 mau pun paslon 02.
Hal itu karena kampanye hitam dapat merusak citra paslon. Isu larangan azan jika Pak JokoWi menang Pilpres, sudah seharusnya dibantah. Namun hal itu tidak perlu harus digaungkan secara besar-besaran.Â
Hal itu mengingat isu larangan azan ini tidak berdasar dan seperti yang diungkap pak JK bahwa yang dicalonkan sebagai Cawapres adalah Kyai Ma'ruf Amin seorang ulama besar. Sebetulnya cukup dengan kalian percaya kepada saya, bantahan bisa berasal dari Kyai Ma'ruf Amin. Bantahan dari tokoh-tokoh besar dari negeri ini, rasanya sudah cukup untuk meredam isu larangan azan, jika Pak JokoWi menang Pilpres.Â
Namun kalau kemudian yang disasar adalah bahwa masyarakat percaya kepada berita hoaks, maka hal ini akan menjadi problem berbeda. Mengingat hal tersebut sempat diungkap oleh Pak JokoWi dalam pembukaan acara Munas NU baru baru ini. Menurut pak JokoWi masyarakat yang percaya kabar bohong atau hoaks pemerintah akan melarang azan dan pernikahan sejenis itu berjumlah 9 juta orang. Â
Masyarakat yang biasa mendapat berita hoaks dalam jumlah besar dapat berasal dari dunia medsos. Sementara masyarakat dunia medsos cenderung kritis terhadap Pak JokoWi. Namun berita berita kritis dari medsos terhadap Pak JokoWi biasanya muncul dari akun akun sejati yang melek informasi dan relatif tidak berpendidikan rendah.Â
Kalau arah gaung bantahan isu larangan azan itu menyasar ke masyarakat dunia medsos, maka hal itu sungguh suatu hal yang tidak perlu, kalau tidak boleh dikatakan kontra produktif. Pengalaman pada  pemakaian istilah "Propaganda Rusia" untuk merujuk pada penyebaran berita hoaks, ternyata justru yang terjadi adalah muncul momen inersia atau kelembaban, yang berdampak membalikbya tenaga serangan "Proganda Rusia" dengan sejumlah tagar negatif terhadap Pak JokoWi.Tagar tagar itu  bahkan menjadi trending topik.Â
Hal lain lagi adalah dugaan dari munculnya kampanye hitam isu larangan azan ini dianggap berasal dari video emak emak. Masak Presiden sangat khawatir terhadap isu yang dihembuskan oleh emak emak. Walau pun isu larangan azan jika Pak JokoWi menang Pilpres itu sangat merugikan. Namun isu kampanye hitam yang dilakukan emak emak itu kan sudah dibantah keras oleh pak JK dan Cawapres.Â
Gaung bantahan isu larangan azan jika Pak JokoWi menang Pilpres, justru dapat kontra produktif. Serangan keras terhadap emak emak dapat dianggap bukan saja menembakkan metraliur kepada lalat, tetapi juga tidak tertutup kemungkian akan mendapat reaksi keras dari dunia medsos. Medsos yang merupakan ujung tombak kekuatan ke 4 saat ini akan bereaksi secara kritis, kreatif, efektif dan efisien.Â
Kritikan dunia medsos terhadap Pak JokoWi, tidak perlu panggung, tidak perlu mengadakan even besar, namun cukup dengan membuat tagar tagar. Istilah "Propaganda Rusia" yang menyasar dunia medsos sebagai banyak diisi kebohongan atau hoaks mengalami momen inersia atau krlembamam yang membalik dengan munculnya tagar tagar yang menjadi trending tropik.
Saat ini tagar power emak emak sudah menjadi trending topik. Salah satu indikator bahwa kasus emak emak ini justru diangkat menjadi perlawanan kaum lemah. Solidaritas netizen terhadap emak emak ini bisa muncul bukan membela berita hoaks, tetapi membela emak emak atau kaum lemah. Emak emak masih dipandang sebagai kaum lemah oleh sebagian orang di negeri ini.Â
Jika hal ini membesar dan secara masif digelorakan secara berkesinambungan, maka bukan mustahil gaung bantahan larangan azan jika Pak jokoWi menang Pilpres justru akan kontra produktif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H